Bangkit merupakan sebuah program dari Google yang dirancang untuk menyiapkan para mahasiswa dengan keterampilan dan sertifikasi teknologi yang kini sangat dibutuhkan. Google menjalin kerja sama dengan pemerintah dan sektor universitas untuk mengembangkan kurikulum Bangkit dan meluncurkannya melalui program Kampus Merdeka.
Peserta tahun ini 30 persennya adalah perempuan dan 70 persennya berasal dari kota-kota kecil di daerah dan wilayah pedesaan dari seluruh Indonesia.
Para peserta mahasiswa Bangkit telah menyelesaikan 700 jam kursus untuk setiap mahasiswa yang telah berlangsung selama enam bulan. Sebanyak 2.250 mahasiswa dari 250 universitas telah menyelesaikan materi kursus selama satu semester dengan bobot studi setara 20 SKS.
"Selamat sudah berhasil masuk program Bangkit. Inovasi berbasis teknologi akan membuat lompatan besar dan menjadikan Indonesia pemain global yang tangguh di masa depan," kata Menteri Pendidikan , Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, dalam Acara Kelulusan Bangkit 2021 yang digelar secara daring, Kamis, 15 Juli 2021.
Semua peserta program Bangkit diwajibkan mengerjakan tugas akhir kelompok yang terkait dengan salah satu prioritas strategis yang disebutkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial.
Ada 483 tim yang mengerjakan berbagai proyek, beberapa di antaranya, untuk membantu kalangan tunarungu, meningkatkan kualitas perawatan di rumah, serta perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak.
Sebanyak 15 tim teratas setelah diseleksi dari tim-tim lainnya dan dipilih oleh panel juri ahli dari bidang akademis, teknologi, dan bisnis. 15 tim tersebut akan menerima USD5 ribu dari Google. Jika lulus penilaian oleh Kemendikbudristek, mereka dapat menerima tambahan USD5 ribu, atau setara Rp70 juta untuk menyelesaikan proyeknya.
Beberapa proyek pilihan yang dikenalkan pada Acara Kelulusan Bangkit 2021 adalah Bacara (tema: education research) yang ditujukan pada teman tuli dan teman bisu, Kaki Keenam (tema: economic resilience) yang ditujukan untuk membantu pedagang kaki lima menjangkau konsumen selama pandemi, dan Buangin (tema: environment) menghasilkan inovasi sistem pengangkutan sampah.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek Nizam memberikan apresiasi atas inovasi yang sudah ditunjukkan oleh masing-masing peserta. Inovasi yang dihasilkan para peserta Bangkit ini diharapkan bisa menjadi sebuah solusi nyata dalam menjawab permasalahan di lingkungan.
"Teknologi pada akhirnya untuk kemajuan kemanusiaan yang lebih baik dan kenyamanan lebih baik dan mewujudkan planet yang lebih hijau," kata Nizam.
Pemerintah, kata Nizam, akan berupaya mengakselerasikan hasil inovasi dari peserta untuk dihilirisasikan ke industri. Dengan harapan dapat melahikran startup baru yang memiliki dampak pada pertumbuhan ekonomi, industri, dan sosial masyarakat.
"Tugas kami untuk mengakselerasi berbagai ide tadi, sehingga dampaknya bisa menggerakan ekonomi dan menggerakkan kemajuan teknologi. Kami juga miliki platform Kedaireka yang bisa mensinergikan antara perguruan tinggi dengan industri, " kata Nizam.
Sementara itu Education Program Lead di Google untuk wilayah Asia Pasifik, William Florance, mengatakan tingkat kelulusan ini sangat luar biasa dan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Telebih, kurikulum tahun ini juga jauh lebih menuntut dibandingkan tahun lalu.
"Ini merupakan bukti bahwa mahasiswa Indonesia punya motivasi yang sangat tinggi ketika diberikan kesempatan untuk maju ke tingkat yang lebih tinggi," ujar William.
Sejak tahun lalu, 2.469 siswa telah lulus dari program yang bergengsi ini. Tahun ini, Google menjalin kemitraan bersama Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan 15 partner universitas. Bangkit menerima lebih dari 40 ribu pendaftaran dari 3 ribu lokasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
