Korea juga memiliki taring di bidang riset. Bahkan, mengalahkan sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arif Satria mengungkapkan ketimpangan signifikan jumlah peneliti Indonesia dibandingkan dengan Korea Selatan. Ia menyebut rasio peneliti Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Korea.
“Jumlah peneliti kita itu kan berapa? Kurang dari 300 per 1 juta penduduk. Bandingkan dengan Korea sudah di atas 4.000 dan lain-lain sudah di atas 1.000 (peneliti),” kata Arif dalam acara Melodi BRIN di Jakarta, Senin, 22 Desember 2025.
Arif menilai rendahnya jumlah peneliti menjadi tantangan serius bagi penguatan ekosistem riset nasional. Karena itu, BRIN tidak hanya berfokus pada penambahan peneliti baru di internal lembaga.
Tetapi juga membuka jalur lain melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi. Hal ini dipercaya akan meningkatkan jumlah periset.
“Nah, untuk meningkatkan jumlah periset kan tidak hanya menambah jumlah staf baru, staf periset baru di BRIN. Tapi juga bisa dengan membuka jalur fungsional yang ada di kampus,” kata Arif.
Ia menjelaskan selama ini banyak pusat studi di perguruan tinggi yang diisi oleh akademisi bergelar doktor dan memiliki rekam jejak publikasi serta riset. Namun status mereka masih sebagai tenaga kependidikan tanpa jenjang karier periset.
Arif mengungkap BRIN ingin mendorong para perisetnya untuk dapat berkolaborasi dengan akademisi di kampus. Hal ini agar para akademisi di kampus dapat memanfaatkan fasilitas riset yang dimiliki BRIN.
"Supaya teman-teman di BRIN juga bisa ter-update dengan perkembangan riset terkini yang selama ini memang kampus juga memiliki kelebihan. Sehingga kita akan coba pertukarkan kampus dengan BRIN ini dan juga agar pengalaman BRIN yang advance di pada satu sisi yang juga harus dikeluarkan ke kampus. Kampus juga punya kekuatan di sisi lain yang bisa dikeluarkan ke BRIN, sehingga kolaborasinya akan menjadi kuat," papar Arif.
Arif mengatakan pihaknya sudah membuat pemetaan alokasi dana riset untuk tahun 2026. Dana riset itu akan dimanfaatkan untuk pengembagan inovasi hingga hilirisasi.
"Saya sudah bisa prediksi, minimal 120 inovasi, itu minimalnya," kata Arif.
Jumlah inovasi yang akan hadir di 2026 bisa lebih besar karena akan ada kontribusi dari kampus. Pihaknya turut menyalurkan dana ke kampus untuk riset.
"Kampus yang memiliki riset yang bagus-bagus, akan kita berikan dana yang cukup besar. Jadi ini sekaligus membantu pembangun kampus juga," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News