Pakar Sosiologi Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Musta’in Mashud memberikan tanggapannya terkait kondisi tersebut. Menurut Musta’in, adanya informasi yang berbeda-beda dari para ahli dan kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terkait Covid-19 menjadi pemicu keraguan bahkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin covid-19.
Selain itu, banyaknya isu, rumor dan informasi yang secara liar beredar melalui media sosial juga menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 semakin rendah.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Masyarakat yang sejak awal kurang paham, ragu dan tidak percaya, apabila terus menerus memperoleh informasi yang tidak terkonfirmasi kebenarannya, maka akan semakin menolak vaksin covid-19. Terlebih lagi belum ada Undang-undang yang mewajibkan penggunaan vaksin itu,” kata Musta'in, Kamis, 14 Januari 2021.
Lebih lanjut Musta’in mengatakan, bahwa pandemi covid-19 itu bukan hanya ancaman personal, tetapi mengancam kelompok, komunal, dan masyarakat. Sehingga, apabila terdapat salah satu dari sejumlah orang yang menolak divaksin, maka akan membahayakan beberapa orang lainnya.
Hal tersebut dikarenakan covid-19 adalah penyakit yang proses penularannya melalui interaksi dan proses sosial. Covid-19 dapat menular ketika seseorang berkomunikasi dan berkumpul secara berdekatan dengan orang lain, padahal kegiatan-kegiatan tersebut merupakan simbol identitas komunalitas budaya kita.
"Semakin dekat, tanda akrab, dan secara budaya dianggap baik. Itu tidak menjadi masalah karena adanya kekebalan tubuh kita,” jelasnya.
Baca juga: Vaksin Penting Bagi Pemulihan Kualitas Pendidikan Saat Pandemi
Namun persoalannya, saat ini covid-19 tengah mengancam. "Vaksinasi yang kini diprogramkan pemerintah bertujuan agar semua masyarakat mempunyai kekebalan tubuh yang baik sehingga selamat dari ancaman Covid-19,” ujarnya.