Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Ali Ramdhani menyebut dibutuhkan keharmonisan antara pembangunan dengan aspek lainnya, terutama aspek agama. Moderasi beragama diperlukan untuk Indonesia Emas 2045 guna menjaga keharmonisan antara hak beragama dan kewajiban berbangsa dan bernegara, salah satunya di lingkungan kampus.
“Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan mentaati konstitusi sebagai kesepakatan bernegara,” kata Ali menyampaikan materi dengan topik “Moderasi Beragama di Lingkungan Kampus” dalam Studium Generale KU-4078 Institut Teknologi Bandung (ITB) dikutip dari laman itb.ac.id, Kamis, 7 April 2022.
Ali menyebut moderasi beragama dalam konteks ini berbeda pengertiannya dengan moderasi agama. Dia menyebut agama tidak dapat dimoderasikan karena sudah menjadi ketetapan dari Tuhan.
Namun, kata Ali, diperlukan moderasi cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang dipeluk sesuai dengan kondisi dan situasi sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama. Dia menyebut tidak sedikit yang beranggapan moderasi beragama akan mendangkalkan pemahaman keagamaan.
Padahal, moderasi beragama justru mengimplementasikan nilai-nilai keagamaan sesungguhnya. Orang dengan pemahaman agama yang baik akan bersikap ramah kepada orang lain terlebih dalam menghadapi perbedaan.
Singkatnya, moderasi beragama bukan mencampuradukkan ajaran agama. Melainkan menghargai keberagaman agama di Indonesia.
Ali menyebut terdapat empat indikator moderasi beragama. Yaitu toleransi, antikekerasan, penerimaan terhadap tradisi, dan komitmen kebangsaan.
“Apabila empat indikator tersebut terpenuhi, kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai, dan toleran menuju Indonesia maju bukan lagi menjadi hal yang mustahil,” ujar dia.
Ali mengatakan terdapat banyak tantangan besar yang harus dihadapi demi mewujudkan bangsa yang menjunjung moderasi beragama. Beberapa di antaranya berkembangnya ekstremisme dalam beragama, berkembangnya tafsir keagamaan yang bersifat subjektif dan diskriminatif, dan berkembangnya paham keagamaan yang tidak sejalan dengan paham berbangsa dan bernegara.
Ali menyebut dengan menggunakan Iceberg Analysis yang dikombinasikan dengan U-Process kelompok intoleran dalam beragama memiliki jumlah yang sedikit, tetapi lantang melakukan aksi, terutama saat berbicara dan bertindak. Sementara itu, kelompok yang menjunjung tinggi toleransi dalam beragama cenderung diam dalam menyikapi hal ini.
Baca: Kemenag Bakal Perkuat Moderasi Beragama di Sekolah Lewat Mapel PAI
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id