Diskusi dan Etos dalam Bekerja. Foto: Istimewa
Diskusi dan Etos dalam Bekerja. Foto: Istimewa

Tenaga Kerja Lokal, Praktisi: Jangan Takut 'Ordal', Terus Upgrade Diri

Citra Larasati • 17 Mei 2025 22:44
Jakarta:  Tenaga kerja lokal sebenarnya sangat diperlukan kemampuan kerjanya untuk industri- industri baru yang akan berinvestasi di Indonesia. Namun sayangnya, tenaga kerja lokal belum memaksimalkan kinerjanya dan akhirnya para investor lebih memilih mengambil tenaga kerja asing. 
 
“Ada etika yang semestinya menjadi pemicu tenaga kerja lokal untuk menaruh kepercayaan kepada perusahaan tempat bekerja. Nah, etika kerja inilah yang kerap diabaikan,” ujar Elizabeth Pisciliaruntu, entrepreneur yang juga seorang pengacara saat menggelar “Diskusi dan Etos dalam Bekerja”, dikutip dari siaran persnya, Sabtu, 17 Mei 2025.
 
Diskusi yang digelar ini, merupakan bentuk keperdulian dari kantor hukum Elizabeth Pisciliaruntu and Partners. Apalagi visi pemerintah dalam membangun Indonesia Emas ditahun 2045 dan berharap ada suatu gebrakan daya saing pekerja Indonesia.   Kata Elizabeth, akan memulai sesuatu untuk memotivasi dan perbaikan diri yang dilakukan terus menerus.

Sebab bukan perkara mudah membangun kesadaran. Jika tidak dibentuk dari sekarang, tenaga kerja asing akan mendominasi.
 
“Sedih kalau akhirnya perusahaan terpaksa menerapkan ketentuan peluang tenaga asing,” ujarnya. 
 
Baca juga:  Jangan Diskip! Ini Cara dan Jadwal Compatibility Device Check untuk OLT Tahap 2 RBB 2025

Misalnya, kata Elizabeth lagi,  tidak percaya diri karena merasa kerjanya diawasi sehingga terancam masa kerjanya berakhir atau PHK. “Bahkan ada yang karena merasa pekerja tersebut adalah warga sekitar yang kerja semaunya dan akhirnya justru akan mengganggu produksi industri,” ujarnya. 
 
Hasil diskusi dengan beberapa perusahaan, Elizabeth membeberkan, sebenarnya mau mengaji upah layak, namun jika tenaga kerja lokal bisa bekerja sesuai dengan target. Kebanyakan pekerja kinerja lamban. “Sehingga seharusnya bisa dikerjakan satu  orang, akhirnya mesti dua orang. Dan akhirnya cost gaji membengkak,” ujarnya. 
 
Elizabeth yang juga berprofesi  sebagai pengacara ini memaparkan, beberapa klien hukumnya dari perusahaan banyak mengeluhkan kinerja tenaga lokal itu dan akhirnya memilih tenaga kerja asing. Padahal perusahaan berkeinginan merekrut tenaga lokal untuk pemberdayaan dan mengurangi angka penggangguran di Indonesia. 
 
Atas dasar itulah, Elizabeth mencoba mencari tahu permasalah tenaga kerja Indonesia dan tenyata keluhannya beragam. Dari soal l syarat dan peraturan lapangan kerja, Informasi ke masyarakat. “Dan yang sering banget, mesti ada orang dalam yang diutamakan jika ingin bekerja,” ujar Elizabeth. 
 
Di hadapan calon tenaga kerja yang ikut diskusi dan akan dipersiapkan di perusahaan kliennya itu, Elizabeth mengatakan, mitos usia dan orang dalam (ordal) jangan dijadikan kekhawatiran tenaga kerja. Menurutnya, yang paling penting adalah upgrade diri dan kemampuan. “Karena saat ini semua sudah digantikan oleh mesin. Belajar dan belajar,” ujarnya. 
 
“Jika kita belajar,  pasti kita akan menguasai teknologi agar tidak kalah dalam dunia pekerjaan,” ujarnya.
 
Katanya lagi, tenaga kerja harus bisa membalikan pola pikir, bahwa tempat kerja adalah sekolah dan tempat belajar dalam kehidupan.  Kemudian, harus  belajar memahami sesama, beradaptasi dengan lingkungan, belajar berkomunikasi yang baik. “Dan  belajar menghadapi orang dan menyelesaikan masalah, dan sebagai  bonusnya adalah uang yang berbentuk gaji,” ujarnya. 
 
“Etos kerja dimaksimalkan agar tidak kalah dalam persaingan dalam dunia kerja yang semakin ketat. Agar peluang bekerja juga terbuka, sehingga perusahaan atau investor merasa nyaman dan tidak was-was untuk memacu produksinya. Dan pasti industri peduli dengan kehidupan karyawannya,” ujar Elizabeth. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan