Secara fisik, mereka mungkin masih berada di meja kerja, namun secara mental, mereka sudah keluar. Hal ini bisa berdampak pada keuangan perusahaan seperti berkurangnya profitabilitas dan perlunya biaya tambahan untuk rekrutmen kembali.
Kenali yuk, berikut ini lima perilaku kepemimpinan paling buruk dan cara mengatasinya dikutip dari forbes.com:
1. Komunikasi yang buruk
Pemimpin yang buruk dalam berkomunikasi gagal menyampaikan harapan dengan jelas, menahan informasi penting, dan tidak mendengarkan anggota tim sehingga mereka merasa tidak dihargai. Ketika pemimpin berkomunikasi dengan tidak konsisten atau "menghilang tanpa kabar," mereka menciptakan ketidakpastian dan kecemasan, membuat karyawan mempertanyakan posisi mereka dan merasa tidak terhubung dengan tujuan organisasi.Cara mengatasinya:
Jika solusi ditargetkan untuk pemimpin di tempat kerja:- Bersikap proaktif dengan berinisiatif menanyakan kejelasan dari komunikasi pemimpin yang membingungkan
- Jadwalkan pertemuan rutin
- Ajukan pertanyaan spesifik tentang ekspektasi yang diharapkan pemimpin
- Dokumentasikan percakapan penting untuk referensi di masa mendatang
- Agendakan pertemuan mingguan dengan tim
- Berlatihlah untuk mendengarkan secara aktif
- Minta pendapat yang jujur mengenai efektivitas komunikasi kamu
- Pertimbangkan untuk merekam diri sendiri selama rapat untuk mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan
2. Manajemen mikro dan masalah kontrol
Mikromanager yang menciptakan lingkungan kerja menyesakkan karena pemimpin memberikan kontrol berlebihan terhadap setiap keputusan dan proses. Dampaknya adalah menghasilkan tim yang merasa tidak dipercaya dan diremehkan yang meliputi:Keterampilan karyawan berpikir kritis terhambat karena kurangnya pemecahan masalah secara mandiri. Inovasi akan terhambat jika pemikiran kreatif dihalangi. Keterlibatan karyawan menurun karena merasa keterampilan dan penilaian mereka tidak dihargai. Pengambilan keputusan ikut melambat secara dramatis karena segala sesuatu membutuhkan persetujuan dan menjadi sangat bergantung pada perspektif satu orang.
Cara mengatasinya:
Jika solusi ditargetkan untuk pemimpin di tempat kerja:- Mulailah membangun kepercayaan secara bertahap dengan komunikasi yang intensif, lalu tunjukkan reliabilitas bahwa kamu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan
- Dokumentasikan keberhasilan sebagai dukungan bahwa kamu dapat dipercaya untuk tugas yang lebih besar
- Ajukan program pelatihan yang memungkinkan karyawan untuk lebih mandiri
- Tetapkan harapan yang jelas sejak awal, lalu secara sadar kurangi keterlibatan kamu
- Buatlah poin-poin pengecekan yang terstruktur alih-alih melakukan pengawasan terus-menerus
- Latih diri untuk mengajukan pertanyaan, bukan memberikan arahan, saat mendiskusikan kemajuan
- Mulailah dengan mendelegasikan keputusan-keputusan kecil dan secara bertahap tingkatkan cakupannya
3. Kurangnya akuntabilitas
Manajer yang menghindari akuntabilitas menciptakan budaya tempat kerja yang beracun. Perilaku yang menunjukkan pemimpin dengan akuntabilitas yang rendah:Menerima pujian atas keberhasilan tetapi menghindari pengakuan kesalahan atas kegagalan, membuat janji yang tidak ditepati, menetapkan standar yang tidak mereka ikuti sendiri, menghindari percakapan yang pelik mengenai masalah pekerjaan.
Perilaku kepemimpinan yang buruk ini mengikis kepercayaan di seluruh organisasi. Ketika karyawan melihat pemimpin menghindari tanggung jawab, mereka belajar bahwa akuntabilitas tidak dihargai, dan dapat mencontoh perilaku yang sama. Alhasil tercipta budaya menyembunyikan kesalahan dan terus terjadinya masalah karena tidak ada yang mengambil tanggung jawab.
Jika solusi ditargetkan untuk pemimpin di tempat kerja:
- Catat janji atau komitmen yang mereka buat dan tindak lanjuti secara sopan tetapi konsisten
- Fokus pada solusi, bukan mencari kesalahan, saat menangani masalah
- Buat rekam jejak tertulis yang jelas untuk keputusan dan kesepakatan penting
- Tetapkan harapan yang jelas tentang batas waktu penyelesaian dan hasil yang diinginkan
- Mulailah dengan mengevaluasi diri secara jujur dan mengakui kesalahan dibandingkan menyalahkan pihak lain
- Biasakan untuk secara rutin meninjau komitmen yang telah kamu buat dan status penyelesaiannya
- Pertimbangkan bekerja dengan rekan tepercaya yang bisa memberikan masukan jujur
4. Ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perubahan
Dalam dunia bisnis saat ini, pemimpin yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan bahkan menolaknya adalah contoh kepemimpinan yang buruk. Ciri-ciri karakteristik adalah:- Mengadopsi mentalitas "kami selalu melakukannya dengan cara ini"
- Menolak ide-ide baru tanpa pertimbangan yang tepat
- Berpegang teguh pada proses yang sudah ketinggalan zaman meskipun ada bukti ketidakefektifan
- Menunjukkan keresahan jika rutinitas yang sudah lama berjalan ditantang
Cara mengatasinya:
Jika solusi ditargetkan untuk pemimpin di tempat kerja:- Jelaskan ide baru dalam konteks manfaat yang dapat diukur dan pengembalian investasi (ROI)
- Hubungkan perubahan yang diusulkan dengan nilai atau tujuan perusahaan yang sudah ada
- Tawarkan perubahan secara bertahap, bukan sebagai perubahan total
- Gunakan contoh pesaing yang berhasil menerapkan perubahan serupa
- Cari tahu akar penyebab keraguan (takut gagal, khawatir mengganggu stabilitas, atau merasa nyaman dengan kondisi saat ini)
- Tantang diri sendiri untuk secara rutin mengeksplorasi inovasi dalam industri yang dijalani
- Sisihkan waktu khusus untuk mempelajari pendekatan atau teknologi baru
- Gunakan pendekatan "program percobaan" untuk menguji perubahan dalam lingkungan yang terkontrol
5. Kurangnya empati dan kecerdasan emosional
Pemimpin yang tidak dapat memahami dan merespons emosi, kebutuhan, serta perspektif orang lain menciptakan lingkungan di mana orang tidak merasa dihargai sebagai manusia. Ciri-cirinya adalah mengabaikan kekhawatiran karyawan, tidak mempertimbangkan dampak keputusan terhadap anggota tim, kurang peka membaca situasi emosional, dan lainnya.Tanpa empati, pemimpin kesulitan membangun hubungan tulus dengan tim. Mereka melewatkan pentingnya kesejahteraan dan keterlibatan karyawan. Keputusan yang dibuat mungkin tampak baik secara teknis tetapi gagal mempertimbangkan elemen manusia, yang dapat memicu hal-hal negatif, bahkan pengunduran diri.
Cara mengatasinya:
Jika solusi ditargetkan untuk pemimpin di tempat kerja:- Jelaskan kebutuhan karyawan secara dan spesifik, serta bagaimana keputusan perusahaan dapat memengaruhi mereka secara pribadi maupun dalam pekerjaan
- Gunakan data bila memungkinkan untuk mendukung poin yang ingin disampaikan, karena pemimpin seperti ini mungkin lebih responsif terhadap informasi konkret
- Hubungkan kekhawatiran karyawan dengan hasil bisnis jika memungkinkan
- Bangun serikat dengan rekan kerja yang memiliki kekhawatiran serupa
- Latih kemampuan memahami perspektif dengan bertanya, "Bagaimana keputusan ini memengaruhi setiap anggota tim?"
- Jadwalkan pertemuan pribadi secara rutin untuk memahami anggota tim sebagai individu
- Tingkatkan kecerdasan emosional melalui pelatihan atau pembimbingan formal
- Minta umpan balik anonim tentang bagaimana keputusan yang diambil dapat memengaruhi tim secara emosional
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News