Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meminta perguruan tinggi mmeperkuat bekal soft skills untuk mahasiswanya. Hal agar lulusannya memiliki kelincahan dalam menembus pasar kerja nantinya.
Hal ini disampaikan Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami saat peluncuran Buku Putih Pemetaan Kebutuhan SDM (Bidang Keahlian) dan Pusat Keunggulan Untuk Indonesia Emas 2045 di Jakarta. Sekaligus merespons ramainya isu generasi z yang mengalami pemutusan hubungan kerja belakangan ini.
Menurut Amich, soft skills sangat penting dalam menentukan kesuksesan lulusan perguruan tinggi di pasar kerja. "Beberapa kali viral itu yang gen-z banyak di lay off (pecat) karena soft skillnya lemah," kata Amich.
Program Studi
Dalam kesempatan yang sama, Amich juga meminta perguruan tinggi lebih luwes dalam menyediakan program studi. Fleksibilitas ini penting, agar mahasiswa mendapatkan ilmu yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja terkini.
Menurut Amich, pembukaan atau penutupan prodi sesuai kebutuhan negara, kebutuhan pasar kerja, dan perkembangan ilmu di dunia menjadi hal lumrah di berbagai negara. Sebab perguruan tinggi menjadi salah satu pendukung penting dalam perekonomian sebuah negara
Untuk itu, kata Amich, sangat penting bagi perguruan tinggi memetakan potensi perekonomian yang ada di daerahnya. "Misalnya Sumatra, apa sesungguhnya potensi industri atau potensi ekonomi yang dipunyai di wilayah Sumatra? Apakah pariwisata? manufaktur? Atau yang lainnya. Demikian juga kalau kita bicara tentang Kalimantan, Sulawesi, dan seterusnya," sebutnya.
Tak hanya potensi ekonomi wilayah, perguruan tinggi juga diminta melihat potensi keilmua yang sedang berkembang.
Bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) misalnya. Menurutnya, penting bagi perguruan tinggi untuk menambah jurusan di bidang STEM ini guna memenuhi kebutuhan bidang hard sciences yang masih minim.
Selain itu, keilmuan STEM saat ini sangat diperlukan karena jadi infrastruktur utama dalam perkembangan suatu negara.
Penguatan ini dapat linier dengan penangguhan sementara atau moratorium beberapa bidang ilmu yang dianggap jumlahnya terlalu banyak. Contohnya, ilmu pendidikan yang lulusannya dalam satu tahun bisa mencapai antara 250 ribu-300 ribu.
Moratorium ini hanya berlaku bagi bidang kelompok ilmu STEM, sedangkan pemerintah memberi proteksi pada kelompok ilmu humaniora, seperti arkeologi atau sastra daerah.
"Di satu sisi, kita memberi proteksi kepada ilmu-ilmu sosial humaniora yang di situ langka seperti arkeologi, seperti sejarah atau mungkin sastra-sastra daerah itu, ilmu-ilmu filologi, itu diberi proteksi karena ilmu langka dan tidak terlalu banyak peminat, tapi penting," bebernya.
Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation, Michael Susanto juga menegaskan pentingnya soft skill di dunia kerja dan industri.
"Hasil studi kami menunjukkan bahwa kompetensi soft skills mahasiswa perlu dikembangkan secara terstruktur sesuai dengan kebutuhan industri Indonesia, sehingga mampu meningkatkan potensi yang mereka miliki untuk kesiapan kerja, siap latih, dan siap berkontribusi," sebutnya.
Tanoto bahkan telah melakukan studi mengenai pengembangan soft skill untuk tenaga kerja industri prioritas nasional. Studi dilakukan untuk mempertajam Buku Putih Pemetaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia (Bidang Keahlian) serta Pusat Keunggulan untuk Indonesia Emas 2045 Bappenas.
"Studi ini juga memberikan pemetaan kebutuhan soft skills di industri-industri prioritas nasional dan menawarkan solusi strategis melalui program-program pengembangan yang dapat mendukung transformasi SDM Indonesia," paparnya.
Ia berharap, hasil studi tersebut juga dapat dipadankan dengan kebutuhan industri dan praktik di pendidikan tinggi di Indonesia guna membantu tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id