SLC adalah program pengembangan kapasitas yang dirancang oleh The Conversation Indonesia bersama sejumlah ahli kepemimpinan dari Amerika, Eropa, dan Asia untuk mengembangkan peneliti Indonesia menjadi pemimpin sains di masa depan. Program ini diselenggarakan pertama kali pada 2022/2023 dan dirancang berdasarkan studi pada 2021.
Peserta dalam kegiatan ini merupakan early-to-mid-career researchers dari perguruan tinggi, lembaga riset, non-governmental organization (NGO), dan start-up dengan keilmuan dan keahlian beragam. Pelatihan diawali dengan self leading, leading the system, hingga innovation sprint.
Immunity to Change adalah bagian menarik sebelum memasuki Innovation Project Sprint karena peserta tidak hanya digali potensi, tetapi juga digali hal-hal yang menghambat diri untuk berkembang. Selanjutnya, di bagian Innovation Project Sprint, peserta diminta mengangkat masalah yang terkait penelitian dan mencari solusinya melalui berbagai ide inovasi.
Selama sembilan bulan, peserta menjalani program intensif berupa seminar dan lokakarya, mentoring, 1-on-1 coaching, peer learning, dan pembelajaran melalui learning machine system untuk menggali potensi dan kapasitas mereka sebagai pemimpin sains. Aziz lulus setelah mengembangkan proyek “How to Preserve Human’s Life and to Assure Safety & Performance of Earthquake-Resistant Building in A Ring of Fire Country (Indonesia)?”. Sedangkan, Krisna menyelesaikan penelitian bertema “Increasing Community Resilience Collaboratively in Pacitan Regency”.
Aziz mengungkapkan inovasi yang dihasilkannya terinspirasi dari kegiatan survei lapangan atas bangunan sederhana 1–2 lantai (perumahan) pascagempa Lombok 2018, Palu 2018, dan Cianjur 2022. Saat itu, ia bersama tim dari laboratorium Struktur dan Material Departemen Teknik Sipil FTUI melihat kerusakan pada bangunan sederhana.
Istilah nirr-rekayasa atau non-engineered adalah kategori dari bangunan tipe ini. Dari hasil survei, disimpulkan kerusakan yang terjadi dapat dihindari bila mengikuti standar pembuatan rumah sederhana yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR atau panduan yang dibuat dosen Teknik Sipil FTUI yang sudah pensiun, (Alm.) Teddy Boen.
“Secara teknis, dokumen ada. Hanya saja, mungkin sebagian besar dari kita tidak menjumpainya. Di DKI Jakarta, disyaratkan untuk membuat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), juga terdapat arahan untuk membuat bangunan sederhana tersebut. Sementara itu, untuk bangunan 8 lantai ke atas, kita sudah menyadari adanya standar khusus untuk bangunan tahan gempa,” papar Aziz dalam keterangan pers, Kamis, 6 April 2023.
Dia berharap inovasi ini dapat meningkatkan awareness masyarakat, terutama saat membangun rumah. Pihak pembangun (kontraktor dan tukang) serta pemilik rumah harus menyadari kondisi bangunan yang baik.
Dengan mengacu standar hasil penelitian, diharapkan korban jiwa yang mungkin ada akibat bencana gempa dapat dikurangi. Selain itu, kolaborasi dengan bidang lain, baik komunikasi, psikologi, dan sebagainya juga diperlukan untuk mempermudah sampainya pesan kepada masyarakat.
Sementara itu, Krisna menilai kolaborasi dalam kegiatan ini terlihat dari interaksi antarpeneliti dengan coach dan mentor dari berbagai negara. Ia bersama Prof. Deden Rukmana, diaspora Indonesia sekaligus Chair of the Department of Community and Regional Planning at Alabama A&M University, menyusun riset terkait partisipasi publik dalam rekonstruksi rumah pascabencana.
Ide ini telah disampaikan ke sejumlah stakeholder, yaitu perwakilan komunitas dan lembaga pemerintah di Kabupaten Pacitan. Dia berharap ada kelanjutan dari program ini dan lebih banyak peneliti muda Indonesia ikut terlibat sehingga memperluas wawasan dan kolaborasi dengan peneliti dari multidisiplin ilmu.
"Pengalaman selama kegiatan ini menjadi bekal untuk menjadi periset yang tidak hanya ada di menara gading, tetapi juga bisa menghasilkan riset yang berdampak,” kata Krisna.
Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (2008–2018) yang merupakan salah satu panelis dalam acara tersebut, Sangkot Marzuki, dan Guru Besar UI, Jatna Supriatna, turut mengapresiasi prestasi ini. Jatna menyebut angkatan ini adalah pionir. Dia berharap lulusan tidak hanya mampu berkolaborasi, tetapi juga menjadi ilmuwan matang.
Baca juga: Keren! Karya Aristektur Mahasiswa FTUI Sabet Penghargaan di Las Vegas |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News