Proses meraih sertifikasi wasit nasional bukan tanpa halangan. Wahyana mengaku sempat terkendala kemampuan Bahasa Inggris. Namun, Wahyana pantang menyerah, dia pun tetap berusaha dan belajar Bahasa Inggris secara otodidak.
"Berawal dari itu saya lulus, saya belajar Bahasa Inggris lebih giat lagi. Setelah lulus dari Surabaya, selang sebulan saya dikirim Indonesia untuk ujian Asia Accreditation di Kuala Lumpur, Malaysia. Dari 11 negara peserta, semua dinyatakan lulus," terang dia.
Mengantongi sertifikat wasit badminton tingkat Asia, kesempatan Wahyana mengembangkan karir pun semakin terbuka. Pada 2008, ia ditunjuk untuk mengikuti ujian sertifikasi wasit tingkat Asia di Johor Baru, Malaysia. Ia berhasil lulus di tahap tersebut.
Pada 2012, Wahyana diutus federasi badminton Asia untuk mengikuti ujian sertifikasi wasit di Badminton World Federation (BWF), di Jepang. Dari 16 peserta ujian, dia tergabung dalam 12 peserta yang lulus.
Baca: Cerita Inspiratif Finalis KN-MIPA, Pinjam Komputer Hingga Terapkan Metode Belajar Khusus
"Di 2016 itu saya dipanggil ujian lagi untuk sertifikat di Thomas Uber China, Alhamdulillah lulus. Jadi saya mendapat BWF certificate itu di 2016. Maka dengan lisensi tertinggi itu, maka saya diberikan bertugas di Olimpiade," tutur Wahyana.
Wahyana berharap apa yang dicapainya saat ini bisa memotivasi para guru untuk tetap semangat mengejar prestasi. Ia juga berharap bisa menjadi teladan bagi para muridnya.
"Kalau dunia pendidikan semua guru berharap siswa-siswinya berhasil di kehidupan yang akan datang. Kita tanamkan ke anak didik kita untuk bercita-cita, harus siap menerima tongkat estafet sehingga mereka bisa membawa negara kita bisa maju dari saat ini," ungkap Wahyana.
Wakil kepala sekolah bidang kurikulum itu juga berpesan untuk anak didiknya agar jangan mudah menyerah. Sseperti moto yang saya dapatkan, orang yang baik adalah yang bermanfaat bagi orang lain," ungkap Wahyana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News