Namun, John juga pernah ditolak. Anak-anak yang tinggal di pesisir malas diajak bersekolah.
Mereka merasa bisa hidup tanpa sekolah. Apalagi, jualan ikan membuat mereka bisa mendapat uang.
"Anak nelayan banyak putus sekolah kenapa? Karena prinsipnya buat apa sekolah ujung-ujungnya cari uang. Laut bisa menghidupi mereka. Makanya saya bilang ke mereka, tujuan pendidikan bukan perbanyak isi dompet saja, tapi mempertebal isi kepala, memperbanyak isi kepala," kata John.
Dia mendekati anak-anak itu dengan memperlihatkan kondisi terumbu karang di sekitar desa mereka. John menjelaskan pada mereka fakta terumbu karang rusak dan bisa membuat pasokan ikan berkurang.
"Jadi, tujuan memperbanyak isi kepala supaya paham, terumbu karang naik cuma 1 cm per tahun. Kalau kalian rusakin hari ini, baru bisa tumbuh lima tahun lagi. Jadi, kita ajarkan enggak boleh tombak ikan," tutur John.

Relawan mengajar anak-anak. DOK IG Taman Daun Lembata
Taman Daun Lembata terbuka untuk siapa pun, baik anak-anak orang kaya maupun miskin. John tidak akan memungut biaya sepeser pun.
Perjalanan John membentuk anak-anak berkontribusi bukan hanya untuk desa tetapi negara masih jauh. Namun, dia senang Taman Daun Lembata membuat potensi anak-anak keluar.
Anak-anak yang belajar di Taman Daun Lembata juga berprestasi di sekolah formal. Mereka kerap mengikuti lomba dan tampil di sekolah.
"Anak-anak Lembata ini pintar cuma bagaimana kita dorong mereka," tutur John.
Taman Daun Lembata juga membuat pemuda usia kerja di Lembata tergerak mengajar adik-adik mereka. John mengaku sempat kesulitan membayar gaji guru sebesar Rp500 ribu per bulan.