Mahasiswa S3 Indonesia Consortium for Religious Studies (ICRS) UGM, Maksimilianus Jemali. Foto: Dok. UGM
Mahasiswa S3 Indonesia Consortium for Religious Studies (ICRS) UGM, Maksimilianus Jemali. Foto: Dok. UGM

Riset Tentang Hambor, Mahasiswa UGM Raih Penulisan Disertasi Terbaik

Citra Larasati • 02 September 2021 08:09
Jakarta:  Mahasiswa program studi S3 Indonesia Consortium for Religious Studies (ICRS) Universitas Gadjah Mada (UGM), Maksimilianus Jemali meraih penghargaan sebagai penulis proposal disertasi terbaik dalam ajang kompetisi nasional penulisan tesis dan disertasi.  Kompetisi ini diselenggarakan oleh lembaga Nusantara Institute.
 
Dalam kompetisi yang bertajuk Nusantara Wiriting Grant, riset disertasi Maksimilianus masuk dalam daftar 10 pemenang proposal disertasi terbaik.  Ia menyisihkan 130-an proposal yang berasal dari berbagai kampus di Indonesia dan mancanegara yang diumumkan pada 26 Agustus lalu.
 
Maksimilianus mengaku tidak menyangka jika proposal disertasinya mendapat penghargaan terbaik untuk riset disertasi. Risetnya yang berjudul Hambor sebagai Narasi Kecil dalam Mengelola Konflik dan Situasi Damai di Flores, Manggarai, NTT merupakan riset soal tradisi yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat di kabupaten Manggarai, Flores, NTT, untuk menyelesaikan berbagai macam konflik yang terjadi di dalam kampung, baik di tingkat per orangan, keluarga, maupun antarsuku.

“Hambor dalam bahasa Manggarai yang berarti ‘damai atau harmoni’. Tradisi ini sudah ada sejak dahulu dan diwariskan turun-temurun. Dalam bahasa Manggarainya disebut, mbate dise ame, serong dise empo, pede dise ende,” katanya dikutip dari laman UGM, Kamis, 2 September 2021.
 
Putra asli Manggarai ini menuturkan, Hambor semacam simpul perdamaian yang menciptakan integrasi keharmonisan dalam alam semesta. Orang Manggarai melihat semesta ini seperti jaring laba-laba raksasa.
 
Menurutnya, setiap jaring atau elemen mesti berusaha untuk menjaga harmoninya dengan jaring yang lain. Kalau satu jaring putus, atau diabaikan oleh jaring yang lain, maka akan terjadi disharmoni atau disintegrasi.
 
“Pemahaman ini menjadikan Hambor sebagai tradisi yang memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam keseharian masyarakat Manggarai karena diyakini sebagai entitas, tradisi yang mengharmoniskan manusia dengan semesta,” papar pria kelahiran Tuke, Ruteng Manggarai, Flores, NTT 39 tahun lalu ini.
 
Baca juga:  Mahasiswa Unsoed Ciptakan Lilin Aromaterapi dari Jelantah
 
Melalui riset disertasi ini, kata Lian, demikian ia akrab disapa, ia ingin memperkenalkan tradisi lokal sebagai sebuah resolusi konflik dari kearifan lokal mayarakat untuk bisa diadopsi atau ditiru di tingkat nasional atau internasional. Tidak hanya sampai di situ, ia ingin Hambor bisa  menjadi inspirasi bagi generasi muda Manggarai untuk ikut mengeksplorasi budayanya masing-masing sebagai kekayaan Indonesia.
 
“Kalau bukan kita, siapa lagi,” jelasnya. 
 
 
Halaman Selanjutnya
Bagi Lian, tradisi hambor ini…
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan