Salah satunya adalah Rofidah Nurhana Lestari, mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian. Lahir dari keluarga sederhana, ayahnya seorang sopir truk jerami dengan penghasilan tak menentu, sedangkan ibunya harus merawat kakaknya yang sakit sejak lahir.
Rofidah tumbuh mandiri, membagi waktu antara belajar, menjaga konter HP, dan mengikuti lomba menulis puisi bahkan karyanya dimuat bersama Najwa Shihab dalam buku Catatan Perjuangan. Ketekunannya berbuah manis saat diterima di UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan mendapat beasiswa penuh.
Ada juga Aprillia Dea Kurniasari, mahasiswa Prodi Bisnis Perjalanan Wisata, Sekolah Vokasi UGM. Aprillia tak hanya berjuang dalam belajar, tetapi juga mengelola keuangan sendiri sejak SMA dengan menyisihkan uang saku untuk membeli buku UTBK dan biaya pendaftaran.
Orang tuanya, meski kini penghasilannya tak sebesar dulu, selalu menanamkan pentingnya pendidikan. “Meskipun mereka tidak bisa membekali saya secara materi, mereka ingin membekali saya dengan pendidikan,” ujar Aprillia dikutip dari laman ugm.ac.id, Kamis, 3 Juli 2025.
Anisa Ramadhani, anak dari keluarga buruh tani juga membuktikan keterbatasan bukan halangan bermimpi tinggi. Sejak SMA, Anisa berjuang mendapatkan nilai terbaik meski tanpa les atau bimbingan belajar.
Baca juga: Kisah Sitti, Kuliah di UGM Tak Pusing Bayar Kuliah Berkat Beasiswa Freeport Indonesia |
Ia mencatat dan merangkum pelajaran secara mandiri, lalu mengikuti perlombaan akademik hingga meraih juara 2 Ecolympic di UNY. “Orang tua saya hampir tak pernah libur bekerja, demi pendidikan anak-anaknya. Itu yang membuat saya terus ingin berjuang,” tuturnya.
Anisa resmi menjadi mahasiswa UGM di prodi Perbankan, Sekolah Vokasi UGM. Dia bercita-cita menjadi analis keuangan atau bekerja di Bank Indonesia.
Perjuangan serupa ditempuh Sahida Ilmi, mahasiswa Kedokteran Gigi. Lahir di keluarga petani, Ilmi menyaksikan langsung bagaimana ayahnya dulu bekerja sebagai tukang batu dan kuli serabutan demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Sejak SMA, Ilmi membulatkan tekad untuk selalu meraih nilai terbaik dan mengikuti berbagai perlombaan. Ia ingin membalas jerih payah orang tuanya dengan menjadi dokter gigi yang amanah dan berguna bagi masyarakat.
“Orang tua saya selalu berkata, jika kita mau berusaha, pasti semua ada jalannya,” ucap dia.
Bagi keempat mahasiswa ini, bantuan dari ParagonCorp bukan sekadar materi, melainkan pengakuan atas jerih payah mereka. Dukungan ini menjadi langkah awal mewujudkan impian dan menciptakan perubahan nyata di masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News