Pun saat ditanya harapan kepada pemerintah, Syahrir bahkan hanya meminta perahu barang dua atau tiga lagi untuk mempercepat laju pengajaran bagi para muridnya.
"Kadang saya bilang ke teman-teman, jangan memikirkan sesuatu yang terlalu tinggi. Jadi saya bilang, perahu cukup dua atau tiga. Lagian hanya dipakai per enam bulan sekali. Tapi yang paling kami butuhkan saat ini bagaimana mengembangkan kompetensi guru, kompetensi mengajarnya, IT-nya, kemampuan digitalnya, itu sebenarnya yang dibutuhkan guru saat ini," pesannya.
Syahrir, sembilan guru dan sebuah perahu itu tak sekadar melintas di atas air danau Tempe. Syahrir dan para guru juga tak sekadar mengayun kayuh. Tapi mereka mengayun cinta, cita dan asa bagi 66 anak di SDN 20 Salomenraleng, kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Baca juga: Rachmah Ida, Profesor Pertama Studi Media di Indonesia Masuk Top 100 Scientist
Besar "gelombang" tak menjadikan ia putar haluan. Ketika perahunya telah dikayuh ke tengah, tak ada kata surut, tak ada kata pulang. Seperti kata Buya Hamka.
"Semoga cerita ini sampai ke setiap guru Indonesia, dan orang tua, kepada setiap murid. Semoga kita terus dalam keberkahan," tutup Syahrir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id