Kepala SD Negeri 20 di desa Salomenraleng, Syahrir. Foto: Dok. Pribadi
Kepala SD Negeri 20 di desa Salomenraleng, Syahrir. Foto: Dok. Pribadi

Kisah Haru 'Guru Perahu', Kembangkan Layar Antarkan Asa Belajar

Ilham Pratama Putra • 06 Mei 2022 09:09

Setidaknya di satu titik, ada lima hingga 10 siswa dari berbagai jenjang kelas. Di satu titik, Syahrir bisa bertahan 15 sampai 20 menit untuk memberikan pengajaran.
 
Ketika selesai dari titik pertama untuk 20 menit pengajaran, Ia kembali mengayuh perahu untuk berpindah menuju titik kumpul ke dua, ke tiga dan keempat.
 
Setelah proses mengajar selesai, ia menagih hasil belajar siswa. Ia kembali ke titik tiga, dua dan satu mengumpulkan produk belajar untuk dievaluasi.

"Kita bisa analisa dan evaluasi apa keberhasilannya, apa yang mau diperbaiki, apa yang bisa ditambah," jelas pria 51 tahun itu.
 
Model ini pun, kata dia, sangat adaptif ketika diterapkan pada masa pandemi covid-19 seperti ini. Sebuah masa di saat semakin banyak siswa yang tidak bisa hadir ke sekolah. Yang terpenting bagi Syahrir, tak boleh ada siswa yang tak bisa belajar.
 
Konsep "guru perahu" akhirnya berjalan. Namun aral lintang sudah barang tentu menjadi makanan wajib ketika sebuah proses berjalan.
 
Pernah satu waktu, ketika perahu sudah dipenuhi bahan ajar dan siap berlayar, hujan deras menghantam semangat Syahrir dan guru. Bayangkan, seperti apa jadinya mesti mendayung perahu ditengah danau dengan hujan deras. Hebohnya bukan main.
 
"Kami tidak pernah mengeluh, tapi malah tertawa itu guru kami. Dia telepon, pak, kita kehujanan di tengah danau. Cari tempat berteduh, saya bilang. Dia bilang tempat berteduh? Tempat berteduh apa pak? Di tengah danau ini. MasyaAllah. Kami akhirnya masuk di rumah terdekat untuk berteduh. Belum lagi ada perahu bocor. Jadi sudah luka di atas luka," selorohnya.
 
Namun duka-duka itu dihapuskan oleh lengkung senyum yang hadir di wajah muridnya. Muridnya serupa melihat Syahrir sebagai Iron Man yang nyangkut di perahu.
 
Syahrir pun tak pernah menyangka, begitu semangatnya para murid untuk belajar di tengah badai pandemi dan keterbatasan. Melihat Syahrir dan para guru kian rapat ke daratan, satu per satu muridnya muncul.
 
"Mereka itu sebelum kita sampai ke rumah mereka itu, dari kejauhan terlihat berpakaian sekolah loh. Pakaian sekolah, mereka lengkap. Pakai tas, rambut diikat, pakai pita, pakai dasi. Pakai baju sekolah," seru Syahrir.
 
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan