Arifin, Guru SMAN 2 Wonosari Gunungkidul. Foto: Medcom.id/Ahmad Mustaqim
Arifin, Guru SMAN 2 Wonosari Gunungkidul. Foto: Medcom.id/Ahmad Mustaqim

Tingginya Pernikahan Dini Jadi Ide Inovasi Pembelajaran

Ahmad Mustaqim • 26 November 2019 13:07
Gunungkidul:  Pernikahan dini menjadi persoalan yang banyak terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Masalah ini menginspirasi Arifin, seorang guru di SMA Negeri 2 Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta untuk berkarya. Arifin mengaplikasikan masalah itu menjadi sebuah model pembelajaran.  
 
Ia menamakan modelnya dengan sebutan ‘Nalarku’. Model tersebut ia terapkan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran agama Islam. 
 
Model tersebut, kata Arifin, dilakukan berdasar moral reasoning. Arifin menjelaskan, moral reasoning merupakan sebuah analisis sebelum seseorang atau anak melakukan tindakan negatif.

Dalam konteks pernikahan dini, biasanya dimulai dengan kasus hamil di luar nikah. Ia mengatakan, saat anak berpacaran dan ada yang mengajak berhubungan badan, yang bersangkutan bisa berpikir untuk mengikuti atau menolak.
 
"Jadi (metode Nalarku) memantik anak berpikir dua kali ketika akan melakukan hal-hal negatif. Moral reasoning inilah yang masih kurang di anak-anak Gunungkidul," kata Arifin di Gunungkidul, Senin, 25 November 2019.
 
Ia mengatakan, pernikahan dini memang jadi problem di Gunungkidul. Pengadilan Agama Gunungkidul mencatat ada 79 anak usia SMP-SMA mengajukan dispensasi pernikahan, pada 2018.
 
Selain itu, Gunungkidul juga didera masalah berulangnya kasus gantung diri setiap tahunnya.  Arifin menilai, model pembelajaran itu bisa saja diterapkan untuk mata pelajaran lain.
 
Ia menyatakan, hampir semua mata pelajaran erat kaitannya dengan moral.  “Murid lebih dikenalkan dengan budaya lokal, seperti menghargai keperawanan yang harus dijaga hingga nanti menikah,” kata dia.
 
Atas idenya itu, Arifin berhasil menjuarai lomba guru berprestasi tingkat nasional. Apa yang telah dilakukan Arifin ini sejalan dengan harapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim agar guru berinovasi, bahkan tanpa harus diperintah.
 
Arifin menilai, guru di Indonesia sangat bisa berinovasi, sebagaimana dengan hal yang dilakukan oleh pengajar di luar negeri. “Meski inovasi kecil, karya-karya itu bisa dibukukan dan menjadi kebanggaan guru di Indonesia,” kata dia.
 
Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi, meminta guru tak terjebak tuntutan administrasi. Guru dinilai sudah selayaknya berinovasi, baik skala kecil ataupun besar.
 
“Mendikbud juga mengingatkan agar kita tak terjebak dengan rutinitas. Lewat suratnya, Mendikbud juga memberikan kebebasan guru untuk berkreasi,” ungkapnya. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan