Demi memenuhi layanan pendidikan kepada peserta didik ABK, Ranti ditemani guru inklusi Iwan, secara khusus mendatangani siswa di rumahnya. Hal ini dilakukan agar siswa terpenuhi hak belajarnya.
"Saya dan Pak Irwan door to door mendatangi rumah siswa. Saya sebagai wali kelas juga menanyakan kendala dan memberikan opsi untuk solusinya, sementara guru mapel ada yang door to door untuk memberikan LKPD," terangnya.
Ranti juga menyampaikan sulitnya menuju rumah peserta didik yang tersebar di sekitar hutan dan kebun kelapa sawit. Bahkan, saat musim hujan, dia harus melewati genangan air setinggi lutut.
"Kalau musim hujan saya harus menyiapkan sepatu boots karena di daerah sana sering banjir. Hal ini dikarenakan mayoritas wilayahnya lahan gambut. Jadi kalau hujan air menggenang sampai setinggi lutut orang dewasa," tuturnya.
Dia juga menjelaskan tantangan terbesar menghadapi peserta didik ABK ada di orang tua. Utamanya, terkait kepedulian orang tua terhadap PJJ yang sedang kita laksanakan. "Perhatian dan peran serta orang tua dalam mendampingi siswa ABK sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang siswa," ujarnya.
Ranti memulai pembelajaran dengan menerapkan konsep MAU, yakni mengondisikan, aktifkan, dan umpan balik. Seperti yang dia terapkan kepada Aidil Fitriansyah, peserta didik yang diberi keistimewaan suka menyendiri dan lamban dalam belajar.