Kelulusan siswa Sinarmas World Academy 2022. Foto: Dok. SWA
Kelulusan siswa Sinarmas World Academy 2022. Foto: Dok. SWA

3 Siswa SWA Raih Pendanaan IB MYP Student Innovators dari Swiss

Citra Larasati • 28 Mei 2022 19:05
Jakarta:  Sebanyak tiga pelajar Sinarmas World Academy (SWA) meraih hadiah pendanaan IB MYP Student Innovators oleh organisasi IB di Jenewa, Swiss.  Sebuah kegiatan yang memberikan penghargaan pada penemuan yang dinilai membantu menyelesaikan masalah global.
 
Pendanaan yang diberikan mencapai USD10.000 per siswa. MYP Personal Project menuntut siswa-siswi untuk melakukan banyak riset, percobaan, survei, dan mengaplikasikannya dengan kreatif. Para pemenang ini kemudian menggunakan pendanaan ini untuk melanjutkan penelitian dan penemuannya sambil membangun profil akademis mereka untuk persiapan pengajuan ke perguruan tinggi.
 
Setelah melewati tahap MYP, di sinilah perjalanan IB Diploma dimulai. Selama sekitar dua tahun, para siswa akan secara penuh menjalani metode pembelajaran yang sangat menantang. Mereka perlu secara aktif terlibat dalam berbagai gerakan dan organisasi secara nyata, meskipun saat itu kondisi mobilitas sangat terbatas karena pandemi.

"Kini semuanya telah selesai dan di momen ini saatnya mereka merasakan kebahagiaan dari pencapaian mereka. Pencapaian yang dimaksud di sini mencakup adaptasi mereka dalam berbagai metode pembelajaran yang berubah-ubah, mengenai pembagian waktu yang efektif, dan perbuatan yang mereka lakukan bagi orang banyak di tengah jadwal yang padat," kata Sinarmas World Academy General Manager, Deddy Djaja Ria, dalam siaran persnya, Sabtu, 28 Mei 2022.
 
Menurut Deddy, berbicara tentang kelulusan, banyak orang masih beranggapan bahwa nilai yang dicapai adalah satu-satunya hal yang penting. Diakuinya, nilai merupakan cara yang terukur untuk menentukan seberapa banyak ilmu yang siswa kuasai.
 
"Akan tetapi, saat ini, nilai bagus saja tidak cukup untuk bersaing masuk ke perguruan tinggi terbaik dunia," ujar Deddy.
 
Ada sisi lain yang sama pentingnya dengan nilai, sesuatu yang disebut dengan portfolio akademis. Universitas mencari para pembawa perubahan siswa-siswi yang mampu menyeimbangkan antara kesuksesan akademis yang diwakili dengan nilai dan perbuatan yang nyata di lingkungan atau komunitas sekitarnya.
 
"Ketika kita membahas mengenai portfolio, kita membicarakan mengenai hasil yang didapatkan atau dirasakan secara langsung. Atau sederhananya, portfolio adalah realisasi bukti di bidang yang kita tekuni," terangnya.

Prestasi Pelajar

Salah satu contohnya adalah Kyra Hendarmin Husen, salah satu lulusan SWA tahun ini yang diterima di Cornell University jurusan Rekayasa Biologi.  Tidak hanya itu, Kyra juga diterima di beberapa universitas unggulan dunia lainnya.
 
Dimulai di kelas 9, Kyra telah mendedikasikan waktunya yang dipicu oleh keingintahuannya mengenai alam. Kekagumannya pada bagaimana cara alam bekerja dan keinginannya untuk melindungi alam dan lautan menggerakkannya untuk berkolaborasi dengan teman sekelasnya dan pihak sekolah untuk menulis sebuah manuscript mengenai solusi berbasis biologi untuk menanggulangi pencemaran plastik menggunakan bakteri.
 
Dengan bimbingan pihak sekolah, ia juga memimpin beberapa proyek riset di bidang biologi bersama rekan-rekannya dan bahkan melanjutkan riset laboratoriumnya di rumahnya pada masa pandemi. Eksperimen lain yang dilakukan Kyra adalah membuat bahan pengganti plastik yang ramah lingkungan dengan menggunakan campuran susu, cuka putih, dan natrium hidroksida.
 

Sementara itu di liburan tengah tahun, Kyra berhasil mendapatkan kesempatan mengunjungi John Hopkins Center di Amerika Serikat untuk mengambil kursus mengenai genetika. Dalam kursus ini, Kyra belajar mengenai kerja mesin PCR dan Elektroforesis Gel yang merupakan teknik pemisahan molekul DNA, RNA, dan Protein yang diinginkan.
 
Kontribusinya lebih lanjut ia lakukan dengan berpartisipasi menjadi Ketua Tim Penyelenggara 
SWA TEDxYouth@SWA 2020.  Kemudian di tahun 2021, ia  menjadi salah satu pembicara di acara yang sama, memberikan gagasan mengenai dunia laut dan mengajak para penonton untuk lebih memperhatikan alam.
 
Kyra juga mengambil tes SAT dan mendapatkan nilai tinggi untuk melengkapi profil akademisnya.  Serupa dengan Kyra, Rania Wanandi, yang juga diterima di Cornell University jurusan Lingkungan dan Pelestarian Alam.
 
Rania menunjukkan minatnya untuk belajar tentang pelestarian lingkungan sejak kelas 10. Saat itu, ia menjadi salah satu dari 30 pemenang IB MYP Student Innovator, bersama dengan dua rekannya, Yu Tung Lee (Chris) dan Leon Noah Hariyanto.
 
Rania yang memiliki perhatian pada polusi plastik, melakukan riset mengenai bagaimana salah satu jenis jamur bisa mengurai plastik. Hasil dari penguraian ini juga memiliki potensi menjadi alternatif bahan agrikultur dan bahkan bahan makanan.
 
Memiliki visi yang sama dengan Rania, Chris juga menyelidiki peluang untuk memanfaatkan plastik menjadi hal lain yang berguna. Menggunakan pendekatan yang berbeda, Chris, yang tertarik dengan cabang biologi sintetis, mengombinasikan penguraian plastik oleh bakteri dengan pembangkit listrik.
 
Yu Tung Lee (Chris) dan penelitiannya mengenai penguraian plastik menjadi energi listrik
Proyek ini memiliki tujuan untuk memanfaatkan kembali sampah plastik untuk menjadi sumber energi listrik.  Chris telah diterima dan mendapat tawaran beasiswa dari Hong Kong University of Science and Technology jurusan Bioteknologi dan Bisnis.
 
Ia juga diterima di National Taiwan University jurusan Ilmu Biomedik.  Beberapa pendapat umum seringkali berpikir bahwa pendidikan hanya tentang ilmu eksak.  "Ini membuat siswa-siswi lain yang memiliki keterampilan berkaitan dengan otak kanan sering terasa ditinggalkan," ujar Deddy.
 
Padahal, kata Deddy, jika siswa mendapatkan dukungan dan perhatian penuh dari pihak sekolah, mereka bisa tampil dengan lebih antusias dalam mengekspresikan kreativitasnya. Hal ini juga bisa menjadi motivasi untuk mereka dapat menghasilkan performa lebih baik bahkan di pelajaran lain.
 
Di angkatan tahun ini juga ada Tiffany Audrey Yuswardy. Seorang seniman muda dari SWA yang diterima di Parsons, School of the Art Institute of Chicago, dan Pratt Institute dengan beasiswa total sebesar USD247,000, semuanya di jurusan Ilustrasi. Menurut QS World University Rankings, ketiga perguruan tinggi ini masuk ke peringkat 10 besar perguruan tinggi jurusan seni di seluruh dunia.
 
 

Dalam perjalanannya, Tiffany mengekspresikan dirinya melalui berbagai macam karya seni, dari lukisan (tradisional dan digital), patung, hingga animasi.
 
Dalam Personal Project miliknya di kelas 10, Tiffany memutuskan untuk memanfaatkan minat dan bakatnya di bidang seni untuk menyebarkan gagasan mengenai kesehatan mental untuk para generasi muda melalui sebuah animasi pendek. Lewat karyanya ini, ia ingin memberikan pesan pada sesama generasi muda untuk menjadi berani terbuka pada keluarga, guru, dan lingkungannya jika mereka memiliki masalah terkait kesehatan mental.
 
Di kelas 11, Tiffany kembali membuat sebuah animasi dan karyanya ini memenangkan peringkat pertama di kompetisi internasional bertajuk Covid-19 World Student Film Festival. Kali ini ia menceritakan mengenai kegiatan dirinya sehari-hari di masa karantina, di mana segala sesuatu terasa tidak pasti.
 
Membahas talenta seniman, Leon Noah Hariyanto sempat memenangkan pendanaan dari IB MYP Student Innovator 2020. Leon mendapat ide unik untuk menghubungkan seni, budaya, dan teknologi.
 
Leon memiliki kekhawatiran akan kelestarian bahasa dan tradisi Jawa. Ia termotivasi untuk mengembangkan aplikasi untuk mengajar bahasa Jawa yang diberi nama “Siji” yang dalam bahasa Jawa artinya “satu”.
 
Menggunakan basis program iOS, Leon memiliki tujuan untuk terus melestarikan bahasa dan tradisi Jawa dengan seluruh karakter dan seni di dalamnya. Proyeknya saat ini masih dalam tahap pengembangan dan kita berharap untuk segera dapat melihatnya di App Store.
 
Leon  berencana untuk terus mengejar minatnya di bidang seni dan desain telah diterima di Savannah College of Art and Design, Academy of Arts San Francisco, The One Academy, California College of Arts, dan Universitas Pelita Harapan.
 
"Setiap siswa memiliki perjalanan menariknya sendiri. Dan untuk siswa yang berasal dari luar negeri, keterbatasan bahasa menjadi masalah yang paling sering muncul. Salah satu pengalaman yang paling menarik dialami oleh siswa terbaik tahun 2022, Cho Hyung Jun," kata Deddy.
 
Ia merupakan siswa asal Korea Selatan dan mulai belajar di SWA dengan kemampuan bahasa Inggris yang sangat terbatas.  Saat pertama kali bergabung bersama SWA di kelas 8, ia menyadari kurangnya kemampuan bahasa Inggris dengan tidak mampu berbicara dengan baik saat melakukan presentasi.
 
"Hal ini mempengaruhi kepercayaan dirinya yang membuatnya sering merasa malu di depan rekan-rekannya," tuturnya.
 
Dengan latihan yang terus-menerus, dukungan dari SWA untuk pelajaran bahasa Inggris, dan semangatnya untuk selalu aktif berpartisipasi di berbagai kompetisi debat, Hyung Jun akhirnya mampu berbahasa Inggris dengan jauh lebih baik dan percaya diri yang tinggi. Di kelas 10, ia berhasil memenangkan juara pertama di World Scholar’s Cup Sydney Global Round, yang diikuti lebih dari 2.000 partisipan dari seluruh dunia.
 
Tidak hanya berhasil dalam perjalanan menguasai bahasa Inggris, Hyung Jun juga memiliki intensi yang besar untuk memberikan dampak dengan membantu orang yang membutuhkan. Di pertengahan tahun 2020, ia bersama dengan Leon, Chris, dan rekan lainnya membuat organisasi bernama Industrial Safeguard Initiatives sebagai proyek Creativity, Activity, and Service (CAS) miliknya.
 
CAS merupakan sebuah kegiatan yang dipimpin oleh para siswa dan dibuat dengan tujuan untuk menjadikan pendidikan dan kreativitas mereka menjadi dampak yang baik yang nyata pada lingkungan sekitar.
 
Hyung Jun dan timnya memiliki visi untuk memberikan perlengkapan dan alat kesehatan untuk para tenaga kesehatan yang bekerja keras di tengah pandemi. "Mereka berhasil untuk memproduksi dan mendonasikan secara gratis lebih dari 6000 pelindung wajah dan 5000 masker bedah ke klinik dan rumah sakit lokal di sekitar Tangerang Selatan," terangnya.
 
Baca juga:  Cetak Rekor, 8,7% Siswa SWA Tembus Kampus Ivy League
 
Ia diterima di University of Cambridge jurusan Teknik, di antara beberapa universitas unggulan dunia lainnya. Pencapaiannya ini memecahkan rekor di SWA sebagai siswa SWA pertama yang berhasil diterima di University of Cambridge.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan