Dalam perjalanannya, Tiffany mengekspresikan dirinya melalui berbagai macam karya seni, dari lukisan (tradisional dan digital), patung, hingga animasi.
Dalam Personal Project miliknya di kelas 10, Tiffany memutuskan untuk memanfaatkan minat dan bakatnya di bidang seni untuk menyebarkan gagasan mengenai kesehatan mental untuk para generasi muda melalui sebuah animasi pendek. Lewat karyanya ini, ia ingin memberikan pesan pada sesama generasi muda untuk menjadi berani terbuka pada keluarga, guru, dan lingkungannya jika mereka memiliki masalah terkait kesehatan mental.
Di kelas 11, Tiffany kembali membuat sebuah animasi dan karyanya ini memenangkan peringkat pertama di kompetisi internasional bertajuk Covid-19 World Student Film Festival. Kali ini ia menceritakan mengenai kegiatan dirinya sehari-hari di masa karantina, di mana segala sesuatu terasa tidak pasti.
Membahas talenta seniman, Leon Noah Hariyanto sempat memenangkan pendanaan dari IB MYP Student Innovator 2020. Leon mendapat ide unik untuk menghubungkan seni, budaya, dan teknologi.
Leon memiliki kekhawatiran akan kelestarian bahasa dan tradisi Jawa. Ia termotivasi untuk mengembangkan aplikasi untuk mengajar bahasa Jawa yang diberi nama “Siji” yang dalam bahasa Jawa artinya “satu”.
Menggunakan basis program iOS, Leon memiliki tujuan untuk terus melestarikan bahasa dan tradisi Jawa dengan seluruh karakter dan seni di dalamnya. Proyeknya saat ini masih dalam tahap pengembangan dan kita berharap untuk segera dapat melihatnya di App Store.
Leon berencana untuk terus mengejar minatnya di bidang seni dan desain telah diterima di Savannah College of Art and Design, Academy of Arts San Francisco, The One Academy, California College of Arts, dan Universitas Pelita Harapan.
"Setiap siswa memiliki perjalanan menariknya sendiri. Dan untuk siswa yang berasal dari luar negeri, keterbatasan bahasa menjadi masalah yang paling sering muncul. Salah satu pengalaman yang paling menarik dialami oleh siswa terbaik tahun 2022, Cho Hyung Jun," kata Deddy.
Ia merupakan siswa asal Korea Selatan dan mulai belajar di SWA dengan kemampuan bahasa Inggris yang sangat terbatas. Saat pertama kali bergabung bersama SWA di kelas 8, ia menyadari kurangnya kemampuan bahasa Inggris dengan tidak mampu berbicara dengan baik saat melakukan presentasi.
"Hal ini mempengaruhi kepercayaan dirinya yang membuatnya sering merasa malu di depan rekan-rekannya," tuturnya.
Dengan latihan yang terus-menerus, dukungan dari SWA untuk pelajaran bahasa Inggris, dan semangatnya untuk selalu aktif berpartisipasi di berbagai kompetisi debat, Hyung Jun akhirnya mampu berbahasa Inggris dengan jauh lebih baik dan percaya diri yang tinggi. Di kelas 10, ia berhasil memenangkan juara pertama di World Scholar’s Cup Sydney Global Round, yang diikuti lebih dari 2.000 partisipan dari seluruh dunia.
Tidak hanya berhasil dalam perjalanan menguasai bahasa Inggris, Hyung Jun juga memiliki intensi yang besar untuk memberikan dampak dengan membantu orang yang membutuhkan. Di pertengahan tahun 2020, ia bersama dengan Leon, Chris, dan rekan lainnya membuat organisasi bernama Industrial Safeguard Initiatives sebagai proyek Creativity, Activity, and Service (CAS) miliknya.
CAS merupakan sebuah kegiatan yang dipimpin oleh para siswa dan dibuat dengan tujuan untuk menjadikan pendidikan dan kreativitas mereka menjadi dampak yang baik yang nyata pada lingkungan sekitar.
Hyung Jun dan timnya memiliki visi untuk memberikan perlengkapan dan alat kesehatan untuk para tenaga kesehatan yang bekerja keras di tengah pandemi. "Mereka berhasil untuk memproduksi dan mendonasikan secara gratis lebih dari 6000 pelindung wajah dan 5000 masker bedah ke klinik dan rumah sakit lokal di sekitar Tangerang Selatan," terangnya.
Baca juga: Cetak Rekor, 8,7% Siswa SWA Tembus Kampus Ivy League
Ia diterima di University of Cambridge jurusan Teknik, di antara beberapa universitas unggulan dunia lainnya. Pencapaiannya ini memecahkan rekor di SWA sebagai siswa SWA pertama yang berhasil diterima di University of Cambridge.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News