Sementara itu di liburan tengah tahun, Kyra berhasil mendapatkan kesempatan mengunjungi John Hopkins Center di Amerika Serikat untuk mengambil kursus mengenai genetika. Dalam kursus ini, Kyra belajar mengenai kerja mesin PCR dan Elektroforesis Gel yang merupakan teknik pemisahan molekul DNA, RNA, dan Protein yang diinginkan.
Kontribusinya lebih lanjut ia lakukan dengan berpartisipasi menjadi Ketua Tim Penyelenggara
SWA TEDxYouth@SWA 2020. Kemudian di tahun 2021, ia menjadi salah satu pembicara di acara yang sama, memberikan gagasan mengenai dunia laut dan mengajak para penonton untuk lebih memperhatikan alam.
Kyra juga mengambil tes SAT dan mendapatkan nilai tinggi untuk melengkapi profil akademisnya. Serupa dengan Kyra, Rania Wanandi, yang juga diterima di Cornell University jurusan Lingkungan dan Pelestarian Alam.
Rania menunjukkan minatnya untuk belajar tentang pelestarian lingkungan sejak kelas 10. Saat itu, ia menjadi salah satu dari 30 pemenang IB MYP Student Innovator, bersama dengan dua rekannya, Yu Tung Lee (Chris) dan Leon Noah Hariyanto.
Rania yang memiliki perhatian pada polusi plastik, melakukan riset mengenai bagaimana salah satu jenis jamur bisa mengurai plastik. Hasil dari penguraian ini juga memiliki potensi menjadi alternatif bahan agrikultur dan bahkan bahan makanan.
Memiliki visi yang sama dengan Rania, Chris juga menyelidiki peluang untuk memanfaatkan plastik menjadi hal lain yang berguna. Menggunakan pendekatan yang berbeda, Chris, yang tertarik dengan cabang biologi sintetis, mengombinasikan penguraian plastik oleh bakteri dengan pembangkit listrik.
Yu Tung Lee (Chris) dan penelitiannya mengenai penguraian plastik menjadi energi listrik
Proyek ini memiliki tujuan untuk memanfaatkan kembali sampah plastik untuk menjadi sumber energi listrik. Chris telah diterima dan mendapat tawaran beasiswa dari Hong Kong University of Science and Technology jurusan Bioteknologi dan Bisnis.
Ia juga diterima di National Taiwan University jurusan Ilmu Biomedik. Beberapa pendapat umum seringkali berpikir bahwa pendidikan hanya tentang ilmu eksak. "Ini membuat siswa-siswi lain yang memiliki keterampilan berkaitan dengan otak kanan sering terasa ditinggalkan," ujar Deddy.
Padahal, kata Deddy, jika siswa mendapatkan dukungan dan perhatian penuh dari pihak sekolah, mereka bisa tampil dengan lebih antusias dalam mengekspresikan kreativitasnya. Hal ini juga bisa menjadi motivasi untuk mereka dapat menghasilkan performa lebih baik bahkan di pelajaran lain.
Di angkatan tahun ini juga ada Tiffany Audrey Yuswardy. Seorang seniman muda dari SWA yang diterima di Parsons, School of the Art Institute of Chicago, dan Pratt Institute dengan beasiswa total sebesar USD247,000, semuanya di jurusan Ilustrasi. Menurut QS World University Rankings, ketiga perguruan tinggi ini masuk ke peringkat 10 besar perguruan tinggi jurusan seni di seluruh dunia.