Selain berdaptasi dengan gawai yang telah diatur untuk gangguan penglihatan, Zulam juga mulai belajar huruf braille untuk membaca sekaligus menulis. Fadwah mulai mengupayakan kebutuhan anaknya.
Beruntung, gawai yang dimiliki Zulam telah memiliki fasilitas yang dibutuhkan. Selanjutya, Fadwah mulai bergerilya mencari kebutuhan lainnya. Mulai dari alat braille, jam tangan, jam meja yang bisa mengeluarkan suara, hingga modul-modul pembelajaran yang dibuat khusus untuk penyandang tunanetra. Perlahan, Zulam mulai terbiasa dan mampu mengikuti pembelajaran.
"Dan beruntung di sekolahnya, di SMA 77 para guru dan teman-temannya sangat
support Zulam, semua membantu dan kalau ada apa-apa komunikasi lancar dengan saya," lanjut Fadwah.
Baca:
Pontang-panting Merancang Pembelajaran Daring
Namun, metode belajar nyatanya harus berubah seiring merebaknya pandemi covid-19. Sekolah di Indonesia harus menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring, termasuk SMA 77 Jakarta, tempat Zulam belajar.
Di saat banyak murid dan guru mengeluhkan model belajar daring, Zulam malah sebaliknya. Dia lebih senang belajar dari rumah.
"Kalau belajar PJJ lebih enak
sih, lebih
nyantai. Kalau di sekolah harus bangun pagi, mandi terus ke sekolah. Kalau daring bangun pagi tinggal ke hadapan laptop, belajar," ungkap Zulam.