Mahasiswa Unair ikut pertukaran mahasiswa di Jeonbuk National University. DOK Unair
Mahasiswa Unair ikut pertukaran mahasiswa di Jeonbuk National University. DOK Unair

Mahasiswa Unair Belajar Budaya Disiplin ala Negeri Ginseng Lewat Program Student Exchange

Renatha Swasty • 07 September 2022 15:42
Jakarta: Sebanyak enam mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) berhasil menapakkan kaki di Negeri Ginseng. Mereka adalah Reno Afriano, Yulia Mega Puspita, Aning Luthfiyah S, Ilmi Hafzah Nuraini, Filzah Thahirah Amanina, dan Widya Rachmah. 
 
Keenamnya ikut pertukaran mahasiswa melalui program kerja sama student exchange antara Unair dan Jeonbuk National University (JBNU) pada Agustus 2022. Mendapatkan kesempatan menimba ilmu di luar negeri tidak saja menambah wawasan akademik, tetapi juga wawasan sosial dan kultural. 
 
Selama menjalani masa perkuliahan di Korea Selatan, Reno, salah satu delegasi tak lupa memperhatikan budaya akademis yang dibangun di Korea Selatan dan membandingkannya dengan Indonesia. Dia menyebut tidak terdapat perbedaan mencolok khususnya dari segi pengajaran. 

Hanya saja, budaya disiplin dan menghargai waktu lebih dijunjung tinggi. Reno turut mengamati gaya hidup dan perilaku penduduk setempat. 
 
Dia menuturkan budaya dan gaya hidup di Korea Selatan sangat patut ditiru. Seperti, gaya hidup tertib, disiplin, dan sadar privasi. 
 
“Korea Selatan itu budaya menjaga privasinya tinggi banget. Jadi, kita enggak boleh foto kelihatan orang gitu di dalamnya, harus minta consent. Kalau ketahuan sama orangnya bisa ditegur,” ungkap Reno.
 
Reno juga membagikan hal menarik terkait sistem pengelolaan sampah di Korea Selatan yang membuatnya kagum. Di Jeonju, kota tempatnya menimba ilmu, penduduk setempat diharuskan melakukan pengelolaan sampah dengan memilah-milah sesuai jenis sehingga lebih teratur. 
 
Pelanggar bakal denda. Hal ini tentu saja berkaitan dengan budaya disiplin yang terbangun di Korea Selatan. 
 
“Oh iya, di jalan aku lihat hampir enggak ada sama sekali tong sampah tapi jalanan bersih banget,” ujar dia. 
 
Meskipun terbilang menikmati, harus diakui terdapat tantangan yang harus Reno dan kawan-kawan hadapi. Reno menceritakan bahasa menjadi tantangan utama. 
 
Sebab, penggunaan bahasa Inggris—sebagai bahasa internasional—di Korea Selatan masih minim sehingga menyulitkan komunikasi. “Bahkan sekalipun itu (bahasa Inggris) di bagian imigrasi atau lingkungan kampus. Kalau dikomparasi, orang Indonesia masih lumayan lebih bagus,” beber Reno.
 
Berkesempatan mengikuti pertukaran mahasiswa di negara lain tentu menjadi hal berkesan bagi Reno. Pasalnya, mahasiswa yang aktif mengikuti kompetisi debat tersebut telah memiliki keinginan untuk belajar di luar negeri sejak lama. 
 
Selain itu, ia juga berencana melanjutkan pendidikan magister di luar negeri. Oleh karena itu, ia merasa perlu memulai melalui program student exchange sebagai batu loncatan agar dapat lebih mudah beradaptasi dengan iklim baru, budaya akademik, hingga masyarakat lokal di kemudian hari. 
 
Baca juga: Mau Ikut Pertukaran Pelajar ke AS? Jangan Lewatkan Beasiswa YES-KL

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan