Kelas yang diajar Dominggus Dingu Pedi Jara. Foto: Koleksi pribadi
Kelas yang diajar Dominggus Dingu Pedi Jara. Foto: Koleksi pribadi

Pernah Digaji Rp250 Ribu, Kini Domi Jadi Penggerak Transformasi Pembelajaran

Citra Larasati • 08 November 2023 06:00
Jakarta:  Dominggus Dingu Pedi Jara merupakan sarjana pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Ia mengajar kelas rendah, tak mudah, namun berkat kemauan, ketulusan, dan keikhlasan, ia mampu melakukannya.
 
Domi, sapaan akrabnya, lulus dari Jurusan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cendana ini pun melewati batas nilai minimum (passing grade) pada 2011.  Kemudian pada 2012 ia keluar masuk sekolah 'menjajakan' ijazah sarjananya dari sekolah satu ke sekolah lainnya.
 
Sekolah demi sekolah di sepanjang Waihibur, Waibakul, Lawonda, hingga Maderi ia datangi.  Hingga akhirnya pintu SD Masehi Maderi terbuka, lamaran Domi diterima.

Domi kemudian menjadi tenaga kerja sukarela di sekolah tersebut.  Gaji pertamanya sebagai seorang guru sangat kecil, hanya 250 ribu per bulannya. 
 
Suami dari Aryanti Ana Kasa ini langsung didapuk sebagai guru kelas III. “Saya berbekal kemauan, tulus, dan ikhlas saja. Awalnya memang agak susah, saya harus pintar membawa diri. Saya lihat mereka semua sebagai anak kandung. Tidak ada yang susah lagi kalau sudah begitu,” ujarnya.
 
Menjadi guru kelas rendah tidaklah mudah. Apalagi bagi sarjana PJOK seperti Domi. Menghadapi tuntutan tugas mengajar beberapa mata pelajaran pada anak-anaknya, Domi merasa membutuhkan waktu ekstra untuk belajar.
 
Untung saja, SD Masehi Maderi menjadi mitra Yayasan Willi Toisuta & Associates pada tahun yang sama dirinya mengajar. Dari Yayasan WTA, Domi belajar strategi mengajar, cara mendampingi siswa, dan proses belajar siswa. Ilmu itulah yang menjadi pegangan Domi berdinamika dengan siswanya.
 
Tiga tahun menjadi tenaga sukarela dan enam tahun tenaga kontrak di sekolah itu pun berlalu. Kemudian nasib baik membawanya pada tahap kehidupan karier berikutnya.
 
Ia mendaftar untuk menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).  Skor seleksi PPPK-nya kala itu terbilang baik, ia mampu batas nilai minimum atau passing grade yang ditentukan. Lalu Domi pun lolos tanpa pesaing lain yang mendaftar.  Ia pun resmi menjadi guru PPPK di SD Negeri Waimangu.

Jadi Fasilitator Daerah

Enam tahun berlalu, kesempatan belajar kembali mendatangi Domi. Pada 2018, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sumba Tengah mengadopsi Program Literasi Kelas Awal yang diimplementasikan program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) di 17 sekolah dasar.
 
Domi terpilih menjadi salah satu fasilitator daerah untuk penyebarluasan program tersebut ke sejumlah sekolah lain.  “Saya belajar tentang kelas literat, menggunakan big book, memetakan kemampuan membaca anak yang berbeda-beda, menulis pada lembar empat garis, bekerja dan mengatur waktu, semuanya dari Inovasi. Saya gunakan itu semua sebagai ilmu untuk berbagi sebagai fasda,” katanya dalam siaran persnya, Rabu, 8 November 2023.
 
Untuk mengenali kemampuan membaca anak didiknya, Domi melakukan pemetaan. Setiap pagi, ia melibatkan anak-anak didiknya yang berkemampuan literasi masih rendah dalam permainan mengandung unsur literasi. Pada awal 2021, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menerapkan Kurikulum Khusus di sembilan SD di Sumba Tengah.
 
Kali ini, Domi menjadi fasilitator daerah untuk melatih dan mendampingi guru-guru di sekolah dampingannya.  Tahun 2022, Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah mengeluarkan Instruksi Bupati Nomor I Tahun 2022 tentang Pemulihan Pembelajaran Melalui Pemetaan, Perbaikan, dan Evaluasi Kemampuan Literasi dan Numerasi Dasar Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar.
 
Sebagai tindak lanjut instruksi tersebut, DPPO menyebarluaskan Program Literasi dan Numerasi ke 40 sekolah dasar/madrasah ibtidaiah.  Domi kembali terpilih menjadi fasda. Ia mendampingi SD Negeri Lenang dan SD Satap Ngadu Mbolu.
 
Pengalaman Domi dalam melakukan dan melatih pemetaan kemampuan membaca siswa kepada guru-guru dampingannya menjadi modal besar baginya.  “Pemetaan kemampuan membaca memudahkan guru kelas mengelompokkan siswa dan memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap kelompok. Pemilihan nama kelompok menggunakan nama bunga atau buah,” ujar ayah dua putri ini.
 
Strategi pemetaan ini terbukti meningkatkan kemampuan literasi siswa. Domi mencontohkan di Lenang, dari 19 siswa kelas III, 6 siswa sudah membaca lancar dan 5 siswa sudah membaca pemahaman.
 
Selain mendampingi kedua sekolah yang menjadi tanggung jawabnya sebagai fasda, Domi tidak menolak permintaan sekolah lain untuk membantu memberikan pemahaman kepada sekolah lain. Pada 14 Juli 2022, Domi dipercaya menjadi narasumber dalam Diklat Implementasi Kurikulum Merdeka yang digelar Balai Guru Penggerak NTT yang bertajuk “Flobamora Bergerak, Siap Implementasi Kurikulum Merdeka”.
 
Pada kesempatan itu, Domi membawakan materi asesmen diagnostik untuk guru-guru dari semua kabupaten di NTT.  Kini ia masuk menjadi salah satu guru inspiratif yang kisahnya dituangkan ke dalam buku "Kisah Inspiratif Transformasi Pembelajaran Indonesia dari Inovasi"  
 
“Itu panggilan nurani. Disuruh bertugas di mana pun oleh pimpinan, saya pergi,” pungkas Domi.
 
Baca juga: Belum Dapat Formasi, Ini Skema Penempatan Guru yang Lolos PPPK 2021

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan