Profesor muda UGM Prof. Dr. Ir. Ridi Ferdiana, S.T., M.T., IPM. DOK UGM
Profesor muda UGM Prof. Dr. Ir. Ridi Ferdiana, S.T., M.T., IPM. DOK UGM

Ridi Ferdiana, Profesor Muda UGM Hobi Meneliti AI Sampai Pernah Teliti Bahasa Kucing

Renatha Swasty • 03 Oktober 2023 16:44
Jakarta: Direktorat Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM) kini dipimpin profesor muda Prof. Dr. Ir. Ridi Ferdiana, S.T., M.T., IPM. Ridi termasuk salah satu jajaran pimpinan muda di lingkungan UGM yang bergelar profesor.
 
Dia baru menyandang gelar profesor pada Juni 2023 saat usianya 39 tahun. Dosen Teknik Elektro Fakultas Teknik ini tidak hanya berhasil meraih gelar akademik tertinggi, namun juga tengah mengemban amanah mengurusi teknologi informasi di tingkat universitas.
 
Ridi bertanggung jawab melakukan pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur jaringan dan internet di lingkungan universitas serta melakukan perencanaan, pengelolaan, pemeliharaan infrastruktur jaringan, pusat data, dan fasilitas komputasi yang andal.

Ridi lahir dan besar di kota Cirebon, Jawa Barat. Anak bungsu dari dua bersaudara ini mengaku sudah hampir tiga tahun mendaftar untuk pengusulan profesor.
 
Dia beruntung dengan adanya perubahan aturan dan berkas syarat pengusulan profesor baru-baru ini dari Kemendikbudristek. Sehingga, gelar profesornya bisa turun tahun ini.
 
“Antrean sudah agak lama sekitar dua tahun. Baru kemarin bulan Juni turun,” cerita Ridi dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 3 Oktober 2023.
 
Ridi sudah mengajar di Fakultas Teknik UGM kurang lebih 15 tahun. Pendidikan Sarjana, S2, dan S3 ia selesaikan di Fakultas Teknik UGM.
 
“Saya masuk (jadi dosen) tahun 2008 bulan Desember. Sekitar 15 tahun menjadi dosen, akhirnya jadi profesor,” kenang dia.
 
Selama menjadi pengajar, Ridi aktif melakukan penelitian dan mengaplikasikan riset berguna bagi masyarakat maupun perusahaan. Setiap tahun, rata-rata ia bisa mempublikasikan 1-2 dua riset baru yang diterbitkan di jurnal atau dipresentasikan dalam sebuah konferensi internasional.
 
“Setahun kalau produktif, bisa 1 sampai 2 publikasi, satu jurnal dan satu konferensi. Kalau lagi apes, dua konferensi saja. Tiap tahun riset beda topik, karena tergantung pendanaan. Sangat bersyukur pandanaan di UGM tidak sulit, ada dari Prodi, Fakultas, maupun universitas,” kata Ridi yang memiliki kompetensi di bidang riset rekayasa perangkat lunak ini.
 
Ridi mengaku tidak hanya datang ke kampus untuk mengajar. Di sela-sela itu, ia memanfaatkan waktu di laboratorium dan aktif di depan komputer untuk mengurusi riset.
 
Setiap hari, dia selalu datang lebih pagi ke kampus dan pulang kerumah hingga jam 5 sore. Sesekali, ia datang ke perpustakaan untuk membaca buku.
 
Setiap datang ke perpustakaan Fakultas, Ridi bisa menghabiskan waktu hingga 3 jam untuk membaca buku dalam rangka menggali ide riset terbaru yang ingin ia lakukan.
 
“Ada ruang kecil di lantai tiga, di situ saya kumpulkan banyak buku untuk saya baca. Lalu, buat resume satu-satu. Saya akan pilih ide riset yang mungkin bisa saya lakukan, misalnya riset untuk budget yang bisa dipakai, paling tidak dapat budget Rp15 juta dari prodi atau Rp300 juta dari Fakultas,” beber dia.
 
Tidak hanya mengumpulkan buku di perpustakaan, Ridi juga tidak segan-segan berlangganan jurnal yang tidak disediakan oleh fakultas atau universitas agar mendukung risetnya. Bahkan, beberapa kerja sama riset yang sudah dia lakukan di antaranya dengan Microsoft Jepang pada 2019 terkait riset kecerdasan buatan berempati.
 
“Yang kita lakukan bagaimana AI itu paham unggah-ungguh. Bisa ngomong dengan user yang sebaya atau seumuran sehingga bisa lebih gaul,” kata dia.
 
Ridi juga pernah melakukan riset soal kebiasaan masyarakat memulai percakapan saat mengetik pesan di sebuah aplikasi percakapan.
 
“Waktu itu saya riset soal perilaku masyarakat kita saat mengetik di smartphone. Kita sampai tahu anak SMP itu misalnya sering ngomong apa, ngobrol formal atau informal, menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Kita tahu keyboard virtual itu menyimpan apa yang sering kita tulis,” kenang Ridi.
 
Dia juga pernah meneliti soal bahasa kucing bekerja sama dengan Samsung. Dari riset ini diketahui suara kucing dan perilaku yang dilakukannya.
 
Ridi mengungkapkan dia memetakan berdasarkan ras kucing dan suaranya. Seperti suara kucing ingin kawin, suara kucing sedang marah, hingga klasifikasi mood kucing.
 
Sekitar 35-40 ribu video kucing dikumpulkan dari YouTube. Lalu diekstrak audionya, dikoneksikan dengan deskripsi yang tertera di video.
 
"Angan-angan saya suatu saat nantinya dari gawai kita, bisa tahu suara kucing ketika lagi lewat, kita tahu ia lagi ingin apa, agar kita bisa kita tahu apa yang harus dilakukan,” tutur Ridi.
 
Ridi juga membagikan tips agar seorang dosen bisa mengejar gelar profesor lebih cepat seperti dirinya di bawah usia 40 tahun. Menurut Ridi, seorang dosen mesti tetap konsisten mengajar dan riset bersamaan dan berani berkata tidak pada hal yang tidak sesuai dengan kompetensinya.
 
“Misalnya kita ditawari sebuah pekerjaan tidak kompeten berujung jadi administrasi, lebih baik ditolak. Tidak semuanya kita tolak, namun tidak semua kita terima, tapi ada personal target yang mesti kita gapai,” kata dia.
 
Sementara itu, terkait riset yang ingin ia selesaikan di masa mendatang, Ridi berkeinginan membuat riset tentang digital sibling. Di mana orang bisa berinteraksi dengan saudara, kerabat kandung, atau orang tua yang sudah meninggal secara digital lewat teknologi kecerdasan buatan (AI).
 
“Orang yang sudah meninggal, bagaimana perilakunya bisa masuk ke AI. Harapan saya nantinya anak cucu bisa ngobrol dan berinteraksi. Dari perilaku, cara ngomong, hingga suara dibuat bisa semirip mungkin. Saya memikirkan kodenya (algoritma) seperti apa. Paling tidak bisa mulai dari diri saya sendiri,” harap Ridi.
 
Baca juga: Guru Besar UGM Beberkan Ancaman AI yang Paling Berbahaya

Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan