Penerima KIP Kuliah Windi Syalwa Mutmainna. DOK Kemdiktisaintek
Penerima KIP Kuliah Windi Syalwa Mutmainna. DOK Kemdiktisaintek

Pagi Kuliah Malam Jualan Jagung, Kisah Windi Mengejar Cita-Cita dengan KIP Kuliah

Renatha Swasty • 21 Oktober 2025 12:43
Jakarta: Tangan Windi Syalwa Mutmainna, 20, cekatan mengipasi bara api sesekali mengoleskan mentega ke jagung yang siap dibakar. Meski lelah karena siang harinya mesti kuliah, tapi cita-citanya membuat dia tak berhenti. 
 
"Saya ingin menjadi hakim atau jaksa. Bukan sekadar mengejar jabatan, tapi karena saya tahu betul bagaimana rasanya ketidakadilan dan keterbatasan. Saya juga ingin memberantas korupsi," kata Windi, Selasa, 21 Oktober 2025. 
 
Saat ini, dia tengah menuntut ilmu di Fakultas Hukum, Universitas Pattimura, Maluku. Pagi hari, ia menyimak hukum pidana dan perdata di bangku kuliah, saat malam tiba, ia beralih peran menjadi penjual jagung bakar. 

Lahir di Ambon, sedari SMP, Windi dan kedua orang tuanya tinggal dengan menyewa dua kamar kos. Sebelumnya, dia tinggal di tanah milik orang lain, namun harus pindah karena pemiliknya datang. 
 
Windi berasal dari keluarga kurang mampu, ayahnya bekerja sebagai nelayan. Kekhawatiran selalu ada di pikirannya kalau-kalau ia tak akan pernah merasakan bangku pendidikan tinggi. 
 
"Sebenarnya, saya takut untuk maju di dunia perkuliahan karena orang tua saya sudah lanjut usia. Bapak dulu nelayan, cuma karena memang sudah berusia 60 tahun jadi sudah enggak memungkinkan, juga cuaca yang tidak menentu. Akhirnya kami putuskan untuk jualan kecil kecilan. Karena kalau jadi nelayan risikonya juga besar," ujar Windi.
 
Program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-Kuliah) membuka jalannya melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Selama berkuliah, Windi menghadapi berbagai tantangan terutama dari diri sendiri. 
 
Ia kerap overthinking akan masa depannya. Tapi, Windi menanamkan satu tekad kuat untuk menamatkan pendidikannya dan mengubah hidup keluarganya.
 
Mewarisi semangat Kapiten Pattimura, Windi bertekad keluar dari keterbatasan pendidikan. Program KIP-Kuliah dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menjadi jembatan bagi Windi mewujudkan cita-citanya. Dia dapat menempuh pendidikan tinggi meski dalam keterbatasan ekonomi.
 
Windi memulai shift malamnya tepat setelah kuliah usai. Dengan modal seadanya dan semangat tak terbatas, ia menggelar dagangannya di sudut jalan yang ramai. 
 
Uang hasil dagangan bukan hanya untuk biaya hidup sehari-hari berkuliah, tetapi juga untuk membantu keluarganya.
 
"Jam 8 pagi ada kuliah online. Dari jam 11 sampai jam 2 siang itu free biasanya digunakan untuk persiapan dagang jagung bakar seperti menyiapkan bumbu untuk jagung bakar dan kebutuhan dagangan jasuke (jagung susu keju). Jam 4 kuliah offline biasanya selesainya jam setengah 6 atau setengah 7. Pulang, tidak ganti baju langsung bantu jualan," cerita Windi. 
 
Dia kerap berjualan hingga hari berganti. Di sela-sela melayani pembeli, ia sering memanfaatkan waktu luang untuk membaca buku atau mencatat poin-poin penting kuliah. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap malam dan paginya Windi lanjut kuliah. 
 
"Jualan sampai jam 12 malam kadang jam 1 kalau sedang ramai, setelahnya merapikan peralatan dagang. Kalau lagi kosong saya gunakan untuk belajar," ujar dia. 
 
Ada kalanya ia merasa malu. Ketika teman-teman kuliahnya bercerita tentang kafe atau bioskop, Windi sibuk menyiapkan arang dan bumbu. Pernah sekali waktu, seorang teman kuliah melintas dan mengenali dirinya. 
 
"Saat itu rasanya ingin lari dan bersembunyi. Tapi kemudian saya sadar, rasa malu tidak akan membayar biaya kuliah atau mewujudkan cita-cita saya," kenang dia. 
 
Kehadiran KIP-Kuliah menjadi penyemangat. Beasiswa ini membebaskan Windi dari beban biaya perkuliahan, namun biaya hidup dan kebutuhan praktikum tetap harus dipenuhi sendiri. 
 
Beratnya berdagang sembari berkuliah tak pernah dikeluhkan Windi. Ia selalu ingat perjuangan orang tua untuk membesarkannya, harus dibalas dengan prestasi yang membahagiakan keduanya.
 
"Yang saya pikirkan adalah bagaimana saya bisa menyelesaikan pendidikan saya supaya orang tua saya bisa bangga dengan apa yang sudah mereka berikan kepada saya. Mengembalikan apa yang sudah diberikan kepada saya, dan membuat pembuktian kalau anak saya juga bisa loh menjadi seperti orang orang di luar sana," tegas Windi.
 
Lelah yang dirasakan Windi selalu hilang ketika ia mengingat sosok orang tuanya. Yang memotivasi adalah orang tua, ibu bapaknya.  
 
"Kami mendapat cacian dan makian, saya melihat bagaimana mereka bersusah payah menghidupi saya, membuat mereka bangga, dan membuat mereka lebih dihargai oleh orang orang,” ucapnya.
 
Windi menyampaikan pesan tulus untuk kedua orang tuanya, “Mama deng Papa tenang-tenang saja. Insyaallah Windi bisa selesai kuliah. Windi bisa bikin Mama Papa bangga dan buktikan ke orang-orang yang pandang kita sebelah mata kalau kita juga bisa.”
 
Bagi teman-teman seusianya, ia berpesan agar tak takut bermimpi besar karena pemerintah sudah memfasilitasi banyak beasiswa untuk dapat lanjut berkuliah.
 
“Teman- teman bisa mencari informasi karena Banyak sekali beasiswa yang bisa teman teman dapatkan. Jangan pernah menyerah untuk mewujudkan cita cita,” tutur Windi semangat.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan