Wisudawan Doktor UGM Fikhri Astina Tasmara. DOK UGM
Wisudawan Doktor UGM Fikhri Astina Tasmara. DOK UGM

Campus Life Balance, Fikhri Lulus Doktor UGM di Usia 25 Tahun dalam Waktu 2 Tahun 10 Bulan

Renatha Swasty • 01 Agustus 2025 22:02
Jakarta: Fikhri Astina Tasmara berhasil menyelesaikan studi program doktor di usia 25 tahun 8 bulan. Wisudawan Program Studi Doktor Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) itu melanjutkan studi doktoral bukan hanya untuk gelar, tetapi berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan. 
 
Perempuan asal Makassar, Sulawesi Selatan itu dibesarkan dalam keluarga yang sangat mengutamakan pendidikan. Orang tuanya selalu menanamkan pemahaman meskipun pendidikan bukan segalanya, tapi pendidikan bisa menjadi kunci melanjutkan hidup dan meraih kesempatan. 
 
“Ibu dan nenek saya juga mengajarkan bahwa wanita harus memiliki daya dan kemampuan untuk mandiri. Ini selalu menjadi mindset yang terus saya bawa sepanjang hidup saya, sehingga saya selalu terdorong untuk terus belajar dan berkembang,” ujar Fikhri dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 1 Agustus 2025. 

Fikhri menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Hasanuddin dengan jurusan Fisika. Dia mengambil jurusan ini karena fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling diminati sejak SMP hingga SMA. 
 
Ia memilih melanjutkan studi ke Program Studi Doktor Fisika di UGM karena UGM menawarkan lingkungan yang ideal untuk riset aplikatif dan berdampak bagi masyarakat. “Saya percaya bahwa UGM dapat memberikan lingkungan akademik yang kondusif untuk mengembangkan potensi dan memperdalam ilmu pengetahuan di bidang fisika, yang sudah saya geluti sejak jenjang S1,” kata dia. 

Wisudawan Termuda 

Fikhri tak cuma menjadi wisudawan termuda tapi juga berhasil meraih IPK memusakan 3.80. Dia memiliki prinsip semakin cepat berproses, semakin banyak kesempatan yang diraih. 
 
“Meskipun terkadang banyak halangan yang menghadang di jalan kita, namun karena semuanya dimulai lebih cepat, kita jadi memiliki waktu lebih untuk terus memperbaiki diri dan memikirkan solusi atas masalah yang kita hadapi,” kata Fikhri.
 
Dia mengaku menyelesaikan studi di usia muda terinspirasi dari kakak kandungnya sendiri. Dia juga belajar banyak hal dari sang kakak. 
 
“Melihat bagaimana kakak saya menjalani pendidikannya dengan penuh dedikasi dan menjadi sukses, saya merasa termotivasi untuk terus melangkah maju dan menyelesaikan studi saya dengan cara yang sama,” ujar Fikhri.
 
Peran keluarga, teman, dan dosen sangat besar dalam mendukung pencapaiannya. Fikhri mengatakan keluarganya selalu memberikan dukungan penuh terhadap setiap langkah yang ia ambil. 
 
Baca juga: Hattrick, Apia Kuliah S1, S2, S3 dengan Beasiswa di UGM 

Ia selalu teringat pada senyum mendiang ayahnya ketika ia meraih peringkat satu yang terus menjadi motivasinya mengembangkan diri dan mencapai prestasi membanggakan buat ayahnya. “Keberhasilan saya juga tidak lepas dari doa dan dukungan ibu saya, yang selalu memberikan kekuatan, serta dorongan kuat dari saudari saya,” ujar dia. 
 
Fikhri berterima kasih kepada tim promotornya yang banyak memberikan ilmu dan arahan yang sangat berarti serta mendampingi Fikhri dalam setiap langkah penyelesaian studinya. Mereka adalah Prof. Dr. Mitrayana, S.Si., M.Si, Dr. drg. Rini Widyaningrum, M.Biotech, dan Dr. Andreas Setiawan, M.T.
 
Salah satu pengalaman menarik selama di UGM adalah menyadari ilmu fisika yang ia pelajari membawanya ke banyak tempat. Semasa studi di UGM, Fikhri berkesempatan menghadiri berbagai konferensi di Indonesia, yang tidak hanya memberinya kesempatan melihat tempat baru, tetapi juga memperluas jaringan dan bertemu dengan rekan-rekan yang memiliki minat serupa.
 
Salah satu pengalaman yang paling membekas di benak Fikhri adalah ketika menjadi visiting researcher di salah satu universitas terkemuka di Jepang yakni Tohoku University, Sendai, Jepang, di Graduate School of Biomedical Engineering. Ia mengatakan pengalaman risetnya selama di sana sangatlah berharga dan mendapatkan wawasan baru dalam penelitian dan kolaborasi.

Seimbangkan kehidupan akademik dan pribadi

Berhasil menyelesaikan studi doktor di usia muda dalam waktu 2 tahun 10 bulan tidaklah mudah bagi Fikhri. Terlebih, ia juga berhasil menjadi wisudawan dengan IPK tinggi. 
 
Salah satu cara Fikhri menjaga keseimbangan antara kehidupan akademik dan pribadi adalah dengan memadatkan jadwal dan memastikan setiap hari memiliki sesuatu yang ditunggu. Dia sengaja tidak menunda tugas dengan membuat jadwal yang tidak hanya untuk tugas-tugas akademik, tetapi juga untuk kegiatan sosial. 
 
“Dengan cara ini, saya bisa tetap fokus pada tugas akademik sambil menikmati momen sosial. Ini juga membantu saya menghindari stres berkepanjangan, karena keseimbangan tersebut membuat saya tetap produktif,” kata dia. 
 
Fikhri berpesan untuk mahasiswa yang sedang berjuang menyelesaikan studi untuk selalu menjaga semangat dan fokus pada tujuan. Terkadang, perjalanan akademik bisa terasa berat dan penuh tantangan, namun setiap langkah kecil yang diambil menuju tujuan adalah bagian dari proses berharga.
 
“Cobalah untuk tidak terlalu terbebani dengan hasil instan, tetapi nikmati setiap proses belajarnya,” pesan dia. 
 
Fikhri juga berpesan untuk jangan ragu meminta bantuan atau berdiskusi dengan dosen dan teman-teman. Kolaborasi seringkali membuka jalan menuju pemahaman lebih dalam. 
 
Terpenting, jangan sampai pekerjaan akademik membuat kehilangan waktu untuk diri sendiri, keluarga, atau teman-teman. “Luangkan waktu untuk istirahat, berinteraksi dengan orang lain, dan rayakan pencapaian-pencapaian meski kecil,” pesan dia. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan