Mimpinya untuk kuliah di luar negeri bermula dari keinginannya melihat salju. Mimpi itu dipendam sejak lama.
Bahkan, mimpi itu sempat dikubur karena dia menikah, memiliki anak, dan karier pada 2013. Namun, upaya mengubur mimpi itu tak kunjung berhasil.
"Berusaha dikubur rapi, tapi ternyata dia enggak bisa hilang, saya mulai banyak cari tahu tentang beasiswa dan mulai belajar untuk mengejar TOEFL," ujar Marendeng kepada Medcom.id, Kamis, 24 Februari 2022.
Aparatur Sipil Negara (ASN) di Tana Toraja itu menyebut modal bahasa Inggris menjadi kunci meraih beasiswa untuk studi di luar negeri. Namun, apa daya di kotanya itu, fasilitas kursus bahasa Inggris sangat minim.
"Ada di Makassar, tapi kan saya tidak bisa setiap hari ke Makassar, karena perjalanannya delapan jam dan biayanya tidak murah," tutur dia.
"Jadi, platform itu di mana saya bisa nge-host traveler. Saya antar wisatawan ke Toraja, saya jadi tour guide untuk mengasah kemampuan bahasa Inggris," kata dia.
Bahkan, guna berlatih lewat mengantar turis, Ia rela mengubah jadwal kerja. "Jadi, saya mengakali, kalau besok mengantar tamu pagi, maka saya bilang ke teman untuk gantian sif saya masuk malam," kata dia.
Ternyata, hasil dari latihan itu bukan hanya kemahiran berbahasa Inggris. Ia dapat membangun relasi dengan turis dan guide profesional.
Setelah melalui latihan dan persiapan, Marendeng mulai memburu beasiswa pada 2014. Namun, percobaan terus gagal.
"Sampai di tahun keempat saya masih gagal dan teman kantor terutama atasan sudah sampai nyindir 'sudahlah ngapain dikejar, sudah umur juga, dan sudah posisi kerja manajer di rumah sakit'," cerita Marendeng
Rupanya, tahun kelima dia kembali gagal. Sehingga, pada 2020 atau tahun keenam, dia mengatakan pada diri sendiri: cita-cita studi di luar negeri adalah cita-cita yang tidak akan terwujud.
"Sampai satu kali ada WhatsApp masuk dalam grup WhatsApp scholarship hunter begitu, ada yang bilang ada beasiswa Chevening. Terus aku buka websitenya dan ini sangat bergengsi," tutur dia.
Marendeng tertarik lantaran beasiswa Chevening tak ada syarat pendaftaran batasan bidang studi dan batasan umur. Dia langsung bergegas melamar beasiswa Chevening untuk studi Manajemen Public Health di Glasgow University.
"Saat itu di Chevening tidak ada syarat IELS, jadi aku bisa langsung daftar. Dan aku bilang ke diri sendiri, aku rangkul diriku untuk bilang coba sekali lagi," ucap dia.
Saat mendaftar beasiswa Chevening, Ia dihadapkan dengan empat pertanyaan. Yakni esai yang harus diisi dengan kamampuan leadership, networking, jurusan studi, dan rencana masa depan.
Akhirnya, pada Februari 2020, dia mendapatkan balasan email dari pihak Chevening untuk lanjut ke tahap wawancara. Marendeng sempat tak percaya bisa melanjutkan proses beasiswanya. Mimpi studi di luar negeri kembali terbuka.
"Aku lakukan berbagai persiapan untuk wawancara dan yang lainnya. Dan 23 Juni 2020 saya bangun pagi dan saya tidak lupa hari itu karena bertepatan dengan ulang tahun ke-17 anak saya, saya juga diterima untuk mendapat beasiswa, pagi itu aku langsung nangis dan merasa menang medali," ujarnya.
Marendeng mengatakan proses selama enam tahun meraih beasiswa ini sangat mengharukan. Tiap tahun ia terus melakukan evaluasi dan terus mencari celah mendapatkan beasiswa.
"Jadi, aku review terus, gabung terus dengan grup yang bisa dukung aku, sok kenal sok dekat dengan yang alumni, tanya apa sih yang dicari," beber dia.
Satu hal yang dia percaya Chevening memberikan beasiswa ialah esai yang ditulis. Sebab, esai itu merupakan refleksi kehidupannya.
Kini, Marendeng telah memulai studi S2 di Glasgow University pada jurusan Public Health. Jurusan itu dipilihnya karena linier dengan studi S1 dan pekerjaannya. Selain itu, Glasgow di United Kingdom terkenal dengan studi medis yang baik.
"Jadi, jangan ragu dengan minimnya fasilitas di kota kecil ketika kita meragukan kemampuan berbahasa Inggiris. Banyak macam-macam sumber belajar sekarang. Ketika kamu meraskan kalau kamu kandidiat yang tepat untuk jadi pemimpin di Indonesia, jangan berhenti, ayo tunjukkan," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News