Belajar dari YouTube
Sayangnya, di SMA Negeri 1 Temanggung ia hanya delapan bulan mejalani pendidikan tatap muka di sekolah karena pandemi. Selebihnya secara online hingga lulus di 2022.Menyikapi situasi belajar yang serba darurat, Shafna sering menambah pendalaman mata pelajaran melalui YouTube. Ia mengaku tidak memiliki biaya jika harus mengikuti bimbingan belajar (bimbel) ia tidak kuat membayar dan pernah mengikuti aplikasi belajar Online gratis tetapi merasa tidak enak, hingga akhirnya memutuskan keluar untuk belajar sendiri.
“Di YouTube itu suka ada video-video yang menjelaskan, terus saya belajarnya malah lewat situ. Kadang kalau tidak ada yang mudeng (mengerti) baru tanya guru mata pelajaran di sekolah lewat chat. Kadang malah disuruh ke rumah guru," terangnya.
Secara rutin Shafna belajar pada malam hari setelah Isya hingga tengah malam. Waktu sore hingga Isya, ia manfaatkan waktu untuk mengaji dan terkadang memberi les anak SD dan SMP di sekitarnya.
Ia sempatkan itu karena di masa pandemi covid-19 anak-anak sekolah banyak belajar di rumah dengan aneka tugas dari sekolah. Dirinya pun cukup maklum jika banyak orang tua tidak paham kurikulum belajar yang dibebankan saat pandemi.
“Di rumah ini kalau sore ada saja yang datang untuk belajar dan minta diajari untuk selesaikan PR," ungkapnya.
Di akhir pendidikan di SMA, prestasi akademik Shafna memang cukup meyakinkan. Tercatat ia mendapatkan nilai matematika 94, Biologi 94, Fisika 97, Kimia 91 dan Bahasa Inggris 90.
Sebagai pribadi yang tak bisa diam meski di masa pandemi, Shafna tetap mengikuti aneka kompetisi. Terakhir ia mengikuti lomba Putri Hijab Jawa Tengah dan lolos masuk 15 top menuju grand final.
Sebelumnya ia pernah meraih prestasi juara 2 Lomba Duta Genre Kabupaten Temanggung tahun 2020. “Untuk hijabnya grand final pada bulan Juli ini di Semarang. Jadi, ini lagi nunggu-nunggu jadwalnya," ungkapnya.
Hingga saat ini, Shafna masih kurang percaya dirinya masih siswi SMA atau sudah menjadi mahasiswa. Mengalami pendidikan tatap muka di SMA hanya delapan bulan dirasanya sangat kurang.
“Semoga di perkenalan kampus besuk bisa terobati, karena sebagian besar mahasiswa baru saya kira hampir sama yang dialami," imbuhnya.
Baca juga: Kisah Andri Saputra, Patahkan Stigma Lulusan SMK 'Enggak Mungkin' Masuk ITB |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News