Sosok Ayah
Atas keberhasilan bisa melanjutkan kuliah di UGM, Shafna mengaku hal itu tidak lepas dari peran orang tuanya, terutama mendiang sang ayah. Ia selalu teringat mendiang sang ayah yang senantiasa menanamkan soal pendidikan berkualitas.Dirinya masih teringat saat lulus dari Sekolah Dasar Muhammadiyah Parakan tahun 2016 dan kemudian meneruskan sekolah di SMP Negeri 1 Parakan. Padahal di rumahnya di Dusun Salam RT 02 RW 09, Desa Mergowati Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung juga ada Sekolah Dasar dan SMP.
“Kalau tidak mau repot, bisa saja saya sekolah dekat rumah. Untuk SMP itu ada di depan, tapi maunya Bapak tidak seperti itu, saya pun paham. Jadi ingin nangis jika mengenangnya, begitulah Bapak menanamkan nilai-nilai pendidikan pada keluarga," ujarnya.
Shafna bercerita ayahnya, Tri Utoro, meninggal pada 2013 karena kecelakaan di saat menuju tempat kerja Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang. Praktis semenjak itu ia hidup bersama sang ibu Siti Makrifah, kakaknya Dea Faria Ufa dan adik Sazkya Arsyanda, yang saat ini masih sekolah di kelas 7, Pondok Pesantren Almukmin Temanggung.
Meski tanpa sosok seorang ayah, Shafna mengingat betul apa-apa yang dilakukan bapaknya untuk pendidikan anak-anaknya. Tertanam betul pesan ayahanda dan Shafna selalu termotivasi untuk bisa mendapatkan lingkungan pendidikan terbaik sehingga tidak mengherankan jika ia bisa melalui jenjang pendidikan di sekolah-sekolah unggulan.
Bukan persoalan mudah untuk mendapatkannya, tapi Shafna selalu berusaha untuk meraihnya. Lulus dari SMP Negeri 1 Parakan tahun 2019, secara zonasi ia hanya berhak untuk bisa sekolah sekitar Parakan tetapi ia tetap berusaha mendapatkan SMA terbaik yaitu SMA Negeri 1 Temanggung.
“Ibu kan tidak paham soal-soal seperti ini. Hanya dengan kakak saya minta pertimbangan. Coba-coba, alhamdullilah melalui jalur prestasi akhirnya bisa diterima di SMA Negeri 1 Temanggung," katanya.