Aktivitas ini juga dilakukan Wilfridus Kado (Frid), salah seorang guru SMK 7 Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), sejak Juni 2020. Banyak siswa di sekolah Frid tak punya gawai. Frid dan guru lainnya pun terpaksa mendatangi langsung mereka yang tak bisa belajar daring, satu demi satu.

Wilfridus Kado, salah seorang guru SMK 7 Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan guru kunjung. Foto: Dok Pribadi
Medan tempuh yang sulit cukup jadi penghambat, namun bukan penghalang bagi Frid. Maklum, kediaman para murid yang harus ia datangi saling berjauhan. Ia bilang, tujuan kunjungan ini sederhana, sekadar ingin melihat karakter dan kendala murid sesuai tuntutan kurikulum.
Niat hati bertemu anak didik, namun Frid lebih sering bertemu orang tuanya. Belajar di rumah ternyata lebih dimanfaatkan beberapa siswa di wilayah itu untuk membantu orang tua mereka mencari nafkah dengan bekerja di kebun.
"Terpaksa, tugas dan modul kita berikan, kita titipan, ke orang tua," keluh Frid.
.jpeg)
Fajar Selawati, Guru SMAN 77 Jakarta. Foto: Medcom/Ilham Pratama Putra.
Guru yang melakukan pembelajaran daring juga bukan berarti 'tak berkeringat'. Mereka harus putar otak merancang pembelajaran daring yang efektif. Ingat, tak semua guru datang dari kalangan milenial yang merupakan 'penghuni asli' era teknologi. Bisa dibayangkan, peliknya menyusun cara mengajar yang tepat untuk para anak didik di tengah keterbatasan waktu dan kebiasaan itu.
"Semua belajar keras menggunakan teknologi pembelajaran yang mau tidak mau akan kami gunakan sepanjang PJJ," terang Fajar Selawati, Guru SMAN 77 Jakarta.