Bagi guru kejuruan pertanian yang akrab dipanggil Frid itu, Facebook telah banyak membantu dia mengajar. Muridnya merasa dimudahkan dalam mengkases materi pembelajaran.
"Kami coba dari Facebook yang gratis, karena lebih murah. Tapi masalah ternyata belum selesai," ujar Frid kepada Medcom.id, beberapa waktu lalu.
Kendala PJJ, selanjutnya dihadapi siswa yang tidak punya gawai. Hingga akhirnya, guru di SMK 7, termasuk Frid, harus mengunjungi para muridnya di rumah masing-masing.
Baca: Dedikasi Kepala Sekolah Tebarkan Terang untuk PJJ Siswa Tunanetra
Aktivitas guru kunjung, dimulai SMK 7 pada Juni 2020. Sejak saat itu, para guru SMK 7 mulai mendatangi murid. Bagi Frid, kendala yang dihadapi saat berkunjung ialah transportasi dan akses ke rumah murid yang berjauhan. Namun, semangat tak boleh luntur.
"Semua murid, harus bisa dikunjungi, dengan motor kita cari. Jalan juga kurang bagus. Dalam satu hari harus bisa, kadang waktu kendalanya. Tapi itu harus kita lakukan karena kita ingin juga melihat karakter dan kendala murid sesuai tuntutan kurikulum," sambung Frid.
Nahas, kadang murid pun tak bisa ditemui di rumahnya. Peliknya mengajar di tengah pandemi semakin kental dirasakan para guru SMK 7. "Tapi sampai di rumah itu anak-anak pergi kerja di kebun bantu orang tua. Itu terpaksa tugas dan modul kita berikan kita titipkan ke orang tua," terang Frid.
Namun, seiring perjalanan waktu, satu per satu beban pembelajaran bisa diselesaikan. Penilaian capaian belajar tetap bisa dilaksanakan, meski tak semaksimal seperti pembelajaran sebelum datangnya pandemi.
Praktik Kejuruan di Tengah Pandemi
SMK sebagai satuan pendidikan vokasi, maka tak bisa dilepaskan dari kegiatan praktikum. Pekerjaan rumah selanjutnya bagi Frid ialah bagaimana tetap menjalankan praktikum di tengah pembatasan tatap muka."Kami ambil itu satu hari hari dalam seminggu untuk praktik. Untungnya praktik mata pelajaran saya masih bisa diusahakan saat guru kunjung," terang Frid.
Seiring berjalannya waktu, praktik-praktik semakin masif. Frid menjelaskan, saat ini sekolah mulai dibuka untuk melaksanakan praktikum dengan alat peraga yang lebih lengkap.
Baca: Pontang-panting Merancang Pembelajaran Daring
"Kita jalani dua, tiga bulan terakhir untuk praktik di sekolah. Sudah ada Petunjuk Juknis (Juknis) dari Dinas Pendidikan (Disdik) kami masuknya per shift, misalnya kelas satu (10 SMK) masuknya Senin dan Kamis, kelas dua (11 SMK) Selasa dan Jumat, kelas tiga (12 SMK) Rabu dengan Sabtu," jelasnya.
Nah, saat siswa datang ke sekolah, kesempatan pula bagi guru honorer itu untuk memberikan pasokan pembelajaran teori. Setidaknya mata pelajaran formatif seperti bahasa Indonesia, Inggris dan Matematika disampaikan saat murid datang ke sekolah.
Harapan Segera Belajar Tatap Muka
Meski Frid merasa PJJ telah mencukupi kebutuhan pembelajaran, namun pendidikan secara tatap muka tetap tak tergantikan. Dia berharap pembelajaran tatap muka segera dilaksanakan."PJJ perlahan mulai efektif. Tapi tatap muka lebih bagus," terangnya.
Bahkan dirinya yang juga Ketua Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) NTT saat ini tengah mengupayakan pembelajaran tatap muka tersebut. Dalam waktu dekat pihaknya bakal melayangkan surat ke Disdik NTT untuk izin membuka sekolah secara penuh dengan protokol kesehatan yang ketat.
"Dalam waktu dekat akan kami ajukan ke Dinas untuk tatap muka seperti biasa. Sebenarnya sekolah kita sudah siap. Harapannya supaya aktivitas pembelajaran bisa pulih seperti semula itu," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News