Jakarta: Usaha pembagian kursi pemerintahan oleh kubu Prabowo-Sandi dinilai sebagai trik terakhir menjelang pemilu. Kubu 02 disebut semakin terpojok dan kehabisan cara meyakinkan partai pendukungnya.
"Bagi-bagi kursi karena mereka tahu koalisinya tidak bekerja untuk (memenangkan) pemilu. Sehingga mereka menawarkan hal seperti itu," kata juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Arya Sinulingga, kepada
Medcom.id, Selasa, 2 April 2019.
Menurut Arya, Prabowo-Sandi tidak yakin partai koalisinya akan mampu memberikan 100 persen suara memenangi pemilu. Salah satunya Partai Demokrat yang dukungannya telah terpecah, terutama dalam menentukan pilihan.
"Apalagi pendukung Partai Demokrat, menurut survei, hampir 50 persen tidak mendukung 02. (Bagi-bagi kursi) bagian dari usaha partai pendukung untuk mencoblos 02 karena margin kekalahannya sudah 15-20 persen," ungkapnya.
Baca juga:
Konsep Prabowo Tingkatkan Pelayan Publik Kudet
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto sebelumnya mencoba memperkenalkan nama-nama yang mungkin akan diangkat sebagai menteri untuk mendampinginya di kabinet Adil Makmur jika menang Pilpres 2019. Di hadapan pendukungnya, Prabowo menunjuk petinggi partai koalisi sebagai calon pengisi kabinet.
Salah satunya Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. AHY dinilai kompeten apalagi latar pendidikan putra sulung Presiden keenam RI itu bonafide; Universitas Harvard.
Prabowo juga menyebut petinggi Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dan Eddy Soeparno. Termasuk juga mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) yang juga politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Aher, bagaimana Aher? Dua kali gubernur pantas tidak kalau kita angkat jadi menteri? Jangan beli kucing dalam karung, saya mau buka jalan," kata Prabowo, di Stasiun Sidolig, Bandung, Jawa Barat, Kamis, 28 Maret 2019.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((MEL))