Jakarta: Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai saat ini Indonesia lebih butuh rekonsiliasi Prabowo dengan Jokowi ketimbang mengikuti ego pendukung. Rekonsiliasi merupakan simbol perdamaian pascapilpres.
"Kalau saya lihat kecenderungannya Prabowo menganggap rekonsiliasi dan pendukung sama penting. Tapi saat ini keputusan untuk politik jangka panjang itu untuk mengakhiri permusuhan, pertikaian, itu jauh lebih penting dari segalanya (pendukung)," kata Adi kepada
Medcom.id, Jakarta, Senin 15 Juli 2019.
Dalam politik, menurutnya, suara pendukung merupakan aset terbesar partai. Namun, perdamaian dalam suatu negara jauh lebih penting.
Kedua hal itu dinilai menjadi perhitungan Prabowo dalam melakukan pilihan. Tentunya, kedua pilihan itu mempunyai risiko yang tinggi.
Adi mengapresiasi langkah Prabowo yang memilih rekonsiliasi. Meski berisiko tinggi, langkah Prabowo mementingkan perdamaian dinilai tepat.
"Ini langkah yang harus kita apresiasi. Ini artinya Prabowo melakukan rekonsiliasi dalam hal yang tidak populer, terutama bagi pendukungnya yang masih menganggap Prabowo tak usah ketemu Jokowi," tutur Adi.
Kepentingan perdamaian pascapilpres melalui rekonsiliasi dinilai berada lebih penting ketimbang suara pendukung. Meski segelintir masyarakat tidak suka, hal itu dinilai berhasil mendamaikan masyarakat lainnya.
"Rekonsiliasi itu penting untuk mendamaikan pendukung dan kontestasi politik yang kurang lebih 11 bulan terjadi," tukasnya.
Baca juga:
Dua Sisi Rekonsiliasi
Sebelumnya, Juru Bicara PA 212, Novel Bamukmin menilai Prabowo mempermainkan mereka dengan rekonsiliasi. Prabowo dinilai tidak menghargai perjuangan pendukungnya selama masa pemilu.
"Iya kami tidak dukung pertemuan itu karna perjuangan ini sampai korban nyawa," kata Novel.
Novel mengingatkan Prabowo dengan aksi 21 dan 22 Mei lalu. Di situ, perjuangan pendukungnya banyak yang mendapat luka dan ditangkap oleh kepolisian.
Untuk itu Novel menegaskan tidak menerima perlakuan Prabowo. Dia mengatakan akan ada ijtimak ulama keempat dalam waktu dekat untuk menanggapi rekonsiliasi ini. Ijtimak itu juga akan menegaskan arah dukungan alumni 212.
Terpisah, Sekretaris PA 212 Bernard Abdul Jabar sudah tidak peduli dengan apapun yang dilakukan Prabowo. Dia menegaskan alumni 212 bukan mengikuti kemauan oleh Prabowo.
"Kita akan berjuang istiqomah terus dengan komando ulama dan arahan Habib Rizieq (Pentolan Front Pembela Islam) sebagai imam besar kita bukan Prabowo. Sebagai mujahid tidak akan pernah kecewa dengan apa yang diputuskan Allah terhadap perjuangan ini," tegas Bernard.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((HUS))