Jakarta: Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Ma'arif merespons saling klaim dari kubu 01 dan 02. Menurut dia, saat ini yang lebih penting adalah persatuan Indonesia.
"Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih 22 Mei (mengumumkan), saya rasa hingga saat itu. Kalau kita memang sama-sama mencintai bangsa ini semua harus menahan diri," ujar Buya Ma'arif saat dihubungi, Sabtu, 20 April 2019.
Menurutnya, hal ini lebih penting daripada sekadar saling klaim. Apalagi, kata dia, kedua pihak sepakat untuk menunggu KPU mengumumkan hasil resmi. Buya melihat keutuhan bangsa harus didahulukan.
"
Toh nanti emosi akan mengendor pada akhirnya. Memang yang kalah itu, kalah itu memang tidak enak, menyakitkan," ujar dia.
Baca: TKN Yakin BPN Menerima Keinginan Rekonsiliasi
Buya Ma'arif mencontohkan bagaimana Jimmy Carter mengakui kekalahan saat berkontestasi di pilpres Amerika tahun 1980. Kala itu, Jimmy kalah oleh Ronald Reagen.
Jimmy, kata Buya, mengakui kekalahan dan mengungkapkan rasa sakit. Namun Jimmy tak putus asa dan berkiprah optimal di bidang perdamaian. Puncaknya, ia mendapat Hadiah Nobel perdamaian.
"Jadi lebih baik kita berjiwa besar saja, dan pemilu sesungguhnya biasa saja dalam sistem demokrasi," ujar Buya.
Lebih lanjut ia meminta semua pihak memperhatikan mekanisme pemilu serentak. Sekira Rp20 triliun terpakai untuk ongkos demokrasi. Belum lagi petugas yang menjadi korban.
Buya Ma'arif mendengar kabar sekitar 20 orang petugas gugur karena kelelahan. Ia mengakui pemilu kali ini paling rumit, dibandingkan pesta demokrasi serupa sebelumnya. Berkat kerja keras petugas, pemilu dipastikan berjalan damai.
Sekaligus, kata dia, demokrasi Indonesia mulai beranjak dewasa. Seluruh elite partai baik di paslon 01 dan 02 harus memahami itu. Harus ada penghargaan dengan menghentikan saling klaim sampai pengumuman resmi.
"Intinya persatuan. Jangan dikorbankan bangsa ini, masa dikorbankan untuk ini (pemilu) saja," tandas Buya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((YDH))