Jakarta: Gubernur Lembaga Ketahanan Negara (Lemhanas) Letnan (Purn) Agus Widjojo meminta pemuda tidak turun ke jalan menanggapi hasil Pemilu 2019. Pemuda, kata Agus, jangan mau dijadikan alat politik berdalih
people power untuk kepentingan kelompok tertentu.
"Kalau dibilang
people power, masalahnya
people yang mana? Mahasiswa dan milenial jangan salah gunakan
people power dengan hal-hal atau kepentingan politik kekuasaan. Lebih baik positif
people dan positif
power," kata Agus, di Jakarta, Rabu, 22 Mei 2019.
Menurutnya,
people power semestinya disalurkan dengan kegiatan positif. Meningkatkan kesadaran untuk melakukan hal baik di masa mendatang, bukan menjadi pengikut bahkan mau dijadikan alat-alat politik.
"Bahkan tidak elok kalau mereka yang tidak tahu apa-apa diikutkan ke dalam suatu proses itu. Takutnya, nanti akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ungkapnya.
Baca juga:
300 Satpol PP Disiagakan di Tanah Abang
Agus mengingatkan ketidakpuasan atas hasil pemilu sebaiknya disalurkan lewat mekanisme hukum. Mekanisme hukum sudah dibentuk dan disepakati semua pihak sebelum proses pemilu dimulai.
"Jadi enggak perlu lah turun ke jalan karena negara ini bisa jadi anarkistis," katanya.
Ia mengimbau pasangan calon presiden baik 01 maupun 02 sama-sama menahan diri. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada lembaga penyelenggara pemilu.
"Kita tidak perlu untuk menuntut lembaga atau pihak-pihak lain untuk berbuat seperti yang kita inginkan. Tapi mari kita mulai dari diri kita sendiri," tambah dia.
Agus menilai upaya
people power hanya akan membuat rakyat semakin terpecah belah. Sudah banyak contoh negara yang rakyatnya terbelah hanya dengan pengerahan massa.
"Kembali ke hati nurani untuk menjaga masyarakat kita, atau kita rela melihat contoh-contoh yang sudah ada bahwa masyarakat kita terbelah dan bisa menjurus kepada perpecahan dalam masyarakat kita," ujar dia.
Baca juga:
Polisi Bantah Buru Provokator ke Masjid
Analis Pertahanan dan Militer Connie Rahakundini Bakrie menyebut saat ini momentum berharga bagi pemuda untuk mawas diri terutama dengan semakin kompleks ancaman yang akan terjadi. Tak bisa dipungkiri, kompleksitas ancaman terkait aspek mental dan pengendalian perilaku anak muda.
"
Positive power dan
positive people adalah masyarakat yang memiliki semangat dan cinta damai, memenangkan revolusi teknologi dan digital karena hal ini yang akan segera dihadapi," ujar Connie.
Menyeret-nyeret anak muda dalam kepentingan politik kekuasaan hanya menyebabkan anak muda terhalang untuk maju dan naik ke posisi yang lebih tinggi.
"Ini momentum samakan visi-misi, selaraskan program sesuai dengan tantangan. Ini berhubungan dengan berpikir kritis agar anak muda mampu menginterpretasikan dan menjelaskan masalah," ucap Connie.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((MEL))