Jakarta: Juru debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Didi Irawadi Syamsuddin mengkritisi sikap kubu pasangan calon 01 dan 02 atas pemilihan umum. Hal ini terkait klaim kecurangan seputar pemilihan presiden 2019.
"Kalaupun ada klaim kecurangan, saya kira dikumpulkan saja, dikumpulkan semua buktinya," kata Didi saat acara Prime Talk Metro TV, Rabu 1 Mei 2019.
Baca Juga:
Mahfud MD: Tudingan Kecurangan Pemilu Ritual Politik
Menurutnya, ada bukti formulir C1 dan dokumen terkait lain, lalu koridor hukum juga disediakan untuk mengusut kecurangan. Didi atas nama BPN menegaskan pihaknya konsisten dengan hal tersebut.
"Saya rasa ini suara BPN ya, BPN dan Demokrat sama," imbuhnya.
Lebih lanjut ia meminta semua pihak baik kubu 01 dan 02 untuk mendinginkan suasana. Sebab pemilu pada dasarnya berpatok pada penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Jangan sampai ada pihak yang mengedepankan ego dan mendahului pemilik otoritas.
"Sekarang ini kita menunggu sampai tanggal 22 Mei ya, itu perhitungan final. Kita bersabar saja ya, kalau enggak bahaya," sebut Didi.
Saat ini, ia mengakui situasi sudah cukup panas, maka kedua pihak sebaiknya menahan diri. Didi sendiri maklum terhadap kelompok di kubu 01 dan 02 dengan militansi tinggi. Kendati demikian, penyampaian kecurangan tak boleh serampangan, apalagi baru berupa dugaan.
Didi meminta semua pihak menggunakan kepala dingin menyikapi dugaan tersebut. Sebab ada mekanisme pelaporan sesuai koridor hukum.
"Saya meyakini BPN dan TKN akan patuh pada konstitusi," kata dia.
Baca Juga:
Jokowi Yakin Tak akan Ada Kecurangan Pemilu\
Di kesempatan yang sama, Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Irma Suryani Chaniago mengamini pernyataan Didi. Sebab tak bisa tudingan curang dialamatkan tanpa bukti.
"Kita harus sama-sama paham bahwa situasi hari-hari ini panas. Kalau dibilang curang, itu asbun," kata Irma.
Dia meminta pihak-pihak yang menuding TKN curang untuk menunjukkan buktinya. Irma mengatakan dalam menyampaikan sesuatu harus berdasarkan data dan dokumen, bukan berdasarkan ‘katanya.’
“Kalau tidak punya data jangan bicara, itu namanya menghasut,” tandas Irma.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((ADN))