Jakarta: Pernyataan Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan ke-12 RI,
Jusuf Kalla (JK), yang tak khawatir dengan elektabilitas bakal calon presiden (
capres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP)
Anies Baswedan dinilai sangat beralasan. Pasalnya, hasil survei bukan penentu.
"Pertama, hasil survei itu hanya potret saat survei dilaksanakan. Hasilnya tidak bisa digunakan untuk memprediksi ke depan," kata pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga saat dihubungi
Medcom.id, Selasa, 1 Agustus 2023.
Jamiluddin mengatakan pendapat seseorang yang diakomodasi melalui survei dapat berubah-ubah. Tergantung isu yang menerpa objek atau sosok yang dinilai.
"Kalau isu mengenai objek atau sosok yang dinilai cenderung positif, elektabilitasnya akan berpeluang tinggi. Sebaliknya, kalau isu menerpa objek atau sosok banyak negatifnya, elektabilitas berpeluang akan turun," jelas Jamiluddin.
Alasan kedua, jajak pendapat kerap salah dalam penetapan sampel atau contoh penelitian. Kesalahan itu berkaitan dengan penetapan karakteristik dan jumlah sampel.
"Bisa jadi karakteristik sampel yang diambil tidak menggambarkan karakteristik pemilih (populasi). Akibatnya, karakteristik sampel tidak merepresentasikan karakteristik pemilih (populasi)," ujar Jamiluddin.
Selain itu, kata dia, jumlah sampel yang diteliti akan menentukan presisinya. Kalau jumlah sampel 1.200 dan pemilihnya 205 juta, presisinya rendah.
Alasan ketiga, lembaga survei tidak melaporkan hasilnya sebagaimana adanya. Hal ini kerap terjadi karena pihak yang membiayai (sponsor) survei dan akhirnya memoles hasil jajak pendapat sesuai kehendak sponsor.
"Jadi, kehawatiran JK terhadap hasil survei sangat beralasan. Sebab, hasil survei berpeluang dibelokkan sesuai keinginan sponsor. Hal ini tentunya semakin membuat hasil survei jauh dari akurasi," jelas Jamiluddin.
Sebelumnya, JK merespons rendahnya elektabilitas Anies pada sejumlah hasil jajak pendapat. JK menyinggung kemenangan Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2016.
"Trump juga rendah sekali elektabilitasnya menurut para peneliti," kata JK di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 31 Juli 2023.
JK mengatakan kalkulasi elektabilitas kerap terjadi jelang pemilihan umum. Namun, ada tren yang tidak terlalu berpengaruh karena hanya ditentukan berdasarkan jumlah responden yang terbatas.
"Pilihan dari pada 1.200 orang (responden) pada pemilih 205 juta (pemilih) itu tidak menggambarkan itu. Ada caranya tapi saya kira pasti tidak terlalu akurat. Itu trennya saja seperti itu," jelas JK.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((AZF))