Jakarta: Munculnya empat poros dalam
Pemilu 2024 bukan berarti akan melahirkan oposisi yang bertahan secara ideologis. Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saiful Mujani mengatakan, jika dilihat dari kecenderungan sikap
partai politik yang ada, sikap oposisi bukan menjadi tujuan dalam berpolitik.
Hal inilah yang menurut Saiful membedakan sistem dan sikap politik Indonesia dengan negara lain. Sebab dari pengalaman negara-negara lain, biasanya partai yang kalah dalam pemilu akan menjadi oposisi.
“Tapi di Indonesia tidak demikian. Kalau dalam pilpres kalah belum tentu jadi oposisi karena bisa bergabung kembali. Contoh Indonesia sempurna kalau soal itu. Jadi kecenderungannya partai ingin berada di eksekutif,” ungkapnya, Kamis, 22 Juni 2023.
Selain tidak menjadi target politik, parpol juga tidak mengandalkan kekuatan oposisi sebagai satu alternatif untuk berkuasa di periode berikutnya. Kondisi ini bisa dilihat dari posisi Prabowo Subianto yang sudah menjadi tokoh oposisi bahkan sejak era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Dia di luar parlemen dan ternyata menjadi oposisi itu tidak membuatnya jadi lebih besar. Oleh karena itu strategi Gerindra memang menarik dan bagi saya mencengangkan Prabowo kalah tapi kemudian dia mau jadi anggota kabinet yang mengalahkannya,” kata dia.
Cara seperti ini, sambung dia, setidaknya membuat peluang lebih baik untuk menang. Menurutnya, ini bisa jadi preseden ke depan dan menjadi semakin penting untuk ikut dalam kekuasaan.
“Tapi tidak semua, karena ada faktor lainnya harus dihitung seperti misalnya partai yang lain yang berada di koalisi Jokowi tidak melahirkan satu tokoh yang kompetitif untuk jadi calon presiden. Sebutlah Golkar tidak terlihat ada tokoh dari Golkar yang kompetitif. Anies pun yang jadi calon bukan dari kader partai,” ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.idJangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((END))