Boyolali: Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Boyolali belum menemukan bukti tambahan pada kasus video viral mobilisasi ASN untuk
mendukung PDIP dan capres Ganjar-Mahfud. Hal sama disampaikan terkait video viral yang muncul kedua tentang camat dan kades di Boyolali diminta mendukung Ganjar-Mahfud.
"Video pertama itu kami coba telusuri tapi memang sampai hari ini belum mendapatkan bukti tambahan. Untuk video kedua, kami sudah menemukan seseorang dalam video tersebut. Apakah ada unsur pelanggaran pemilu atau tidak? Kami akan melakukan penelusuran ke beberapa pihak yang dia sebut," ujar Ketua Bawaslu Boyolali, Widodo, Minggu, 26 November 2023.
Ia membenarkan, seseorang dalam video viral kedua tersebut merupakan bekas aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten Boyolali. Seseorang berinisial S tersebut diketahui seorang mantan guru SMP Negeri dan meruoakan warga Kecamatan Ngemplak, Boyolali.
Menurutnya, penggalian informasi dilakukan dengan meminta keterangan kepada yang bersangkutan. Termasuk motif S mengatakan hal dalam video tersebut.
"Saya tanya motifnya apa, apakah ada motif politik karena itu kejadian tiga tahun lalu menjadi ASN-nya. Berdasarkan pengakuannya, itu yang dia rasakan saat menjadi ASN tiga atau empat tahun lalu. Sekarang dia mengatakan tidak mengetahui apa-apa karena sudah mundur. Motifnya hanya keprihatinan saja. Dan katanya mewakili diri sendiri bentuk keprihatinan," bebernya.
Menurutnya, informasi tersebut masih menjadi info awal untuk dilakukan penelusuran lebih lanjut. Nanti akan dilakukan klarifikasi selanjutnya untuk mendapatkan bukti.
"Kami tidak akan menggunakan asumsi saja. Tapi aturan main sesuai regulasi. Karna kalau tidak menggunakan kapasitas itu, saya salah. Pelan-pelan akan kami kumpulkan informasi. Kami akan mendatangi pihak-pihak yang disebutnya," ungkapnya.
Sebelumnya, beredar video viral di media sosial tentang bekas ASN Boyolali membenarkan adanya mobilisasi ASN untuk
mendukung PDIP. Video viral tersebut diunggah akun twitter @PartaiSocmed. Dalam video tersebut terlihat seorang pria mengaku sebagai bekas aparatur sipil negara (ASN) Pemkab Boyolali, Jawa Tengah.
Mengenakan kemeja warna putih dan berkacamata, pria tersebut mengungkapkan bahwa mobilisasi ASN untuk memenangkan parpol tertentu di Boyolali adalah fakta. Ia bahkan menyebut parpol PDI Perjuangan (PDIP).
"
Bismillahirrahmanirrahim, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan saya eks ASN Boyolali. Sekarang sudah pensiun. Pensiun dini sejak tahun 2020 saat usiaku 52 tahun. Bicara tentang ASN Boyolali yang disuruh memilih PDIP dan taat dengannya, kalau tidak taat akan dimutasi itu betul saudaraku, fakta," bebernya.
"
Saya adalah korbannya, bertahan dalam kebenaran ASN harus netral. Dan prinsip saya adalah Allah tujuanku," imbuhnya dalam video.
Pria tersebut menjelaskan, dirinya menjadi salah satu korban dari hal itu. Dimana ia mengaku harus dimutasi atau dipindah ke tempat tugas yang lebih jauh karena tidak memilih PDIP.
"
Saya dimutasi ke sekolah yang jauh, kira-kira lebih dari 50 kilometer dari rumahku," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((MEL))