Jakarta: Sutradara film dokumenter
Dirty Votes Dandhy Dwi Laksono mengungkapkan alasan menggarap film tersebut. Film itu lahir dari kegeraman Dandhy soal kondisi
demokrasi Indonesia.
"Ada sebuah peristiwa tragedi demokrasi dan menurut saya agak mengganggu," kata Dandhy dalam diskusi virtual, Selasa, 13 Februari 2024.
Dandhy merujuk pada putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90/PUU-XXI/2023 soal syarat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Putusan itu menjadi karpet merah bagi anak Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, untuk melaju sebagai cawapres.
"Sempat ramai tapi begitu masuk kampanye dan debat, (masalah putusan MK) jadi dianggap normal dan
show must go on," ujar dia.
Dandhy menyebut kondisi itu diperkeruh dengan tsunami informasi di media sosial. Belum lagi aneka gimik seperti calon pemimpin yang gemar berjoget.
"Jadi intinya di tengah kebisingan dan tsunami informasi, barang-barang (materi film Dirty Vote) ini berserakan," jelas dia.
Lantas, Dandhy berinisiatif membuat film dokumenter yang kini ramai diperbincangkan. Film itu sengaja dirilis pada masa tenang guna mencerahkan masyarakat sebelum mencoblos.
"Karena tidak ada waktu untuk berhenti sebentar dan melihat sebesar apa lubang atau dampak yang ditinggalkan dari kejadian di MK," tutur dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((END))