Bogor - MAKA Cavalry mulai menggelar uji kendara pertama, menempuh rute dari MAKA Showroom Radio Dalam, Jakarta Selatan, menuju salah satu cafe dan resto di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/2/2024). Setidaknya 20 unit Cavalry diuji kendara oleh sejumlah jurnalis nasional. Menandakan kalau unit ini sudah mulai banyak tersedia untuk dipasarkan.
Apalagi beberapa waktu lalu diakui CMO MAKA Motors, Ghalila T Gumai, bertepatan dengan peresmian jaringan mereka di Radio Dalam. Bahwa motor listrik ini sudah mulai dikirim secara bertahap sejumlah 2-3 unit ke tangan konsumen. Ketika ingin memulai touring rute pendek sejauh kurang lebih 122 Km pergi pulang Jakarta - Bogor – Jakarta, Medcom.id kebagian unit Cavalry berwarna biru telur asin.
Jajal duduk di joknya, ternyata cukup tinggi, sampai kaki menjinjit untuk pemilik tinggi 170 cm. Tapi tidak terlalu mengganggu keseimbangan saat posisi berhenti. “Masih aman kok, malah tinggi badan saya 155cm, tak masalah,” ujar Co-Founder dan CTO MAKA Motors, Arief Fadillah. Hal senada dikatakan Wiwid, jurnalis perempuan salah satu peserta. “Iya buat perempuan kayak saya, motor ini juga aman tingginya,” tukasnya dengan tinggi badan sekitar 160cm.
Mulai bendera start dikibarkan, sempat cari-cari tombol electric starter. Aduh lupa, ini kan motor listrik! Cukup tarik tuas rem depan, langsung putar gass, wusss.... Tapi jangan khawatir, ada tombol pengunci gass nya kok, supaya tidak terpegang anak kecil. So quite, begitu senyap. Itu kesan awal ketika mengendarai sepeda motor listrik yang digadang-gadang disiapkan untuk ekspor ke Asia Tenggara, bahkan ke Benua Biru Eropa, salah satunya Italia ini.
Melibas kepadatan lalu lintas jalan raya di pagi hari, handling motor ini tetap apik. Posisi berkendara tinggi, bikin terkesan tidak terintimidasi motor lain di sekeliling. “Buat pengendara perempuan, menurut saya handling masih oke,” tambah Wiwid lagi.
Nah, ini paling menarik, ketika di awal sudah diminta seting mode berkendara ke posisi Hi-Torque. Penasaran kenapa begitu? Ternyata dengan mode ini, tarikan jadi sangat galak! Torsinya, pinjam istilah anak bengkel, terasa menjambak! Padahal ini motor listrik loh! Langsung saja, ketika setiap ada kesempatan, putar gass terus! Tapi tetap tidak lupa ngerem, dan remnya sudah teruji, pakem. Posisi berkendara senantiasa patuhi aturan, jaga riding line di belakang Road Capten.
Meresepasi impresi kaki-kaki motor seharga Rp 35 jutaan OTR Jakarta ini, suspensi tetap nyaman di bokong. Meski lewati sejumlah permukaan jalan tak rata, dan marka penahan kecepatan. Bahkan melahap jalur di sisi rel, cuma terasa geli-geli di badan.
Saat cornering, shock depan-belakang mengayun seirama. Tidak seperti kuda poni yang gemar lompat-lompatan, sehingga berisiko sliding. Apalagi melintasi jalanan yang dibumbui pasir-pasir, karena aspal terkelupas. Menuju lokasi istirahat, sempat diguyur hujan lumayan bikin basah. Serunya lagi, ternyata jalanannya banyak tanjakan menikung.
Sebelumnya banyak yang bilang, motor listrik tidak kuat nanjak. Sepertinya itu tidak berlaku bagi Cavalry. Tanpa harus ancang-ancang, pakai mode Hi-Torque, tetap aman melibas tanjakan dengan sudut kemiringan 20 – 25 derajat. Bahkan beberapa kali harus berada di belakang mobil boks bawa muatan sayur, jalannya pelan betul.
Alhasil saat perjalanan berangkat, kantongi sisa baterai 33 persen. Menempuh jarak kurang lebih 57 Km konsumsi baterai 67 persen. Lebih hemat dibanding rekan jurnalis lain. Mungkin karena cara Medcom.id yang cenderung mengurut tarikan gass, tidak dihentak-hentak.
Kembali ke Jakarta, mereka menyarankan coba mode berkendara Hi-Regen. Lantaran lewati banyak turunan. Ternyata, ibarat gaya deselerasi, mode ini terkesan menahan laju motor supaya tidak bablas. Tanpa harus tekan tuas rem berulang kali. Tapi bagi pemilik Cavalry, kayaknya mode berkendara ini harus dibiasakan penggunaannya.
Lantaran rasa berkendara jadi stop and go. Teknologi pengereman di roda belakang, membuat motor seperti maju-tahan-maju-tahan. Namun di mode ini, daya baterai tambah 1-2 persen, terisi dari komponen dinamo. Rasanya kalau ingin kebut di jalan, baiknya tidak gunakan mode ini. Cocok digunakan di tengah kemacetan. Keseluruhan, motor ini jadi motor listrik paling enak buat kebut di jalan.(Autogear.id / Alun Segoro)
Bogor - MAKA Cavalry mulai menggelar uji kendara pertama, menempuh rute dari
MAKA Showroom Radio Dalam, Jakarta Selatan, menuju salah satu cafe dan resto di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/2/2024). Setidaknya 20 unit Cavalry diuji kendara oleh sejumlah jurnalis nasional. Menandakan kalau unit ini sudah mulai banyak tersedia untuk dipasarkan.
Apalagi beberapa waktu lalu diakui CMO MAKA Motors, Ghalila T Gumai, bertepatan dengan peresmian jaringan mereka di Radio Dalam. Bahwa motor listrik ini sudah mulai dikirim secara bertahap sejumlah 2-3 unit ke tangan konsumen. Ketika ingin memulai touring rute pendek sejauh kurang lebih 122 Km pergi pulang Jakarta - Bogor – Jakarta, Medcom.id kebagian unit Cavalry berwarna biru telur asin.
Jajal duduk di joknya, ternyata cukup tinggi, sampai kaki menjinjit untuk pemilik tinggi 170 cm. Tapi tidak terlalu mengganggu keseimbangan saat posisi berhenti. “Masih aman kok, malah tinggi badan saya 155cm, tak masalah,” ujar Co-Founder dan CTO MAKA Motors, Arief Fadillah. Hal senada dikatakan Wiwid, jurnalis perempuan salah satu peserta. “Iya buat perempuan kayak saya, motor ini juga aman tingginya,” tukasnya dengan tinggi badan sekitar 160cm.
Mulai bendera start dikibarkan, sempat cari-cari tombol electric starter. Aduh lupa, ini kan motor listrik! Cukup tarik tuas rem depan, langsung putar gass, wusss.... Tapi jangan khawatir, ada tombol pengunci gass nya kok, supaya tidak terpegang anak kecil. So quite, begitu senyap. Itu kesan awal ketika mengendarai sepeda motor listrik yang digadang-gadang disiapkan untuk ekspor ke Asia Tenggara, bahkan ke Benua Biru Eropa, salah satunya Italia ini.
Melibas kepadatan lalu lintas jalan raya di pagi hari, handling motor ini tetap apik. Posisi berkendara tinggi, bikin terkesan tidak terintimidasi motor lain di sekeliling. “Buat pengendara perempuan, menurut saya handling masih oke,” tambah Wiwid lagi.
Nah, ini paling menarik, ketika di awal sudah diminta seting mode berkendara ke posisi Hi-Torque. Penasaran kenapa begitu? Ternyata dengan mode ini, tarikan jadi sangat galak! Torsinya, pinjam istilah anak bengkel, terasa menjambak! Padahal ini motor listrik loh! Langsung saja, ketika setiap ada kesempatan, putar gass terus! Tapi tetap tidak lupa ngerem, dan remnya sudah teruji, pakem. Posisi berkendara senantiasa patuhi aturan, jaga riding line di belakang Road Capten.
Meresepasi impresi kaki-kaki motor seharga Rp 35 jutaan OTR Jakarta ini, suspensi tetap nyaman di bokong. Meski lewati sejumlah permukaan jalan tak rata, dan marka penahan kecepatan. Bahkan melahap jalur di sisi rel, cuma terasa geli-geli di badan.
Saat cornering, shock depan-belakang mengayun seirama. Tidak seperti kuda poni yang gemar lompat-lompatan, sehingga berisiko sliding. Apalagi melintasi jalanan yang dibumbui pasir-pasir, karena aspal terkelupas. Menuju lokasi istirahat, sempat diguyur hujan lumayan bikin basah. Serunya lagi, ternyata jalanannya banyak tanjakan menikung.
Sebelumnya banyak yang bilang, motor listrik tidak kuat nanjak. Sepertinya itu tidak berlaku bagi Cavalry. Tanpa harus ancang-ancang, pakai mode Hi-Torque, tetap aman melibas tanjakan dengan sudut kemiringan 20 – 25 derajat. Bahkan beberapa kali harus berada di belakang mobil boks bawa muatan sayur, jalannya pelan betul.
Alhasil saat perjalanan berangkat, kantongi sisa baterai 33 persen. Menempuh jarak kurang lebih 57 Km konsumsi baterai 67 persen. Lebih hemat dibanding rekan jurnalis lain. Mungkin karena cara Medcom.id yang cenderung mengurut tarikan gass, tidak dihentak-hentak.
Kembali ke Jakarta, mereka menyarankan coba mode berkendara Hi-Regen. Lantaran lewati banyak turunan. Ternyata, ibarat gaya deselerasi, mode ini terkesan menahan laju motor supaya tidak bablas. Tanpa harus tekan tuas rem berulang kali. Tapi bagi pemilik Cavalry, kayaknya mode berkendara ini harus dibiasakan penggunaannya.
Lantaran rasa berkendara jadi stop and go. Teknologi pengereman di roda belakang, membuat motor seperti maju-tahan-maju-tahan. Namun di mode ini, daya baterai tambah 1-2 persen, terisi dari komponen dinamo. Rasanya kalau ingin kebut di jalan, baiknya tidak gunakan mode ini. Cocok digunakan di tengah kemacetan. Keseluruhan, motor ini jadi motor listrik paling enak buat kebut di jalan.
(Autogear.id / Alun Segoro) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)