Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah. (Foto: dok Media Group News)
Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah. (Foto: dok Media Group News)

Wawancara Direktur IBL

Wawancara Direktur Utama IBL: Asa di Tengah Pandemi

Alfa Mandalika • 17 Maret 2021 17:04

 
Sejauh ini, apakah ada kendala yang dihadapi?
 
Kendala tidak ada, semua berjalan sangat lancar, sesuai protokol yang kita buat, kendala teknis semua on track. Apakah ada yang terpapar, ada. Ini adalah sesuatu yang harus kita prediksikan dan kita tidak berharap semua tidak ada apa-apa. Itulah fungsi screening, ada tes PCR satu, dua. Hari pertama ada pemain yang belum clear, kita lakukan isolasi, kita pantau setiap hari, dan per hari ini semua sudah kembali normal lagi.

Apakah semua pebasket sudah menerima vaksin?
 
Semua pemain sudah divaksin pertama dan ada beberapa pemain melakukan vaksin kedua. Nanti diharapkan tanggal 30 dan 1 kita bisa melakukan vaksin kedua.
 
Bisa dijelaskan bagaimana sistem gelembung di IBL? 
 
Secara prinsip sangat sederhana, kita bayangkan seperti masuk gelembung balon dan jika sudah masuk, tidak bisa keluar lagi. Tapi semua tidak mudah, screening, PCR tiga kali, dan monitor berkala. Di dalam tidak bisa sebebasnya, semua harus menjaga prokes. Kita juga sudah siapkan kebutuhan primer dan sekunder untuk para pemain ada barber shop, mini mart, ada ice bath, badminton, laundry, klinik 24 jam, dan area sangat mendukung bisa joging, sepedaan, dan bisa macam-macam.
 
Wawancara Direktur Utama IBL: Asa di Tengah Pandemi
Suasana basket IBL 2021. ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna
 
Melihat jadwal IBL sangat padat, apakah ada keluhan dari klub atau pemain? 
 
Jadi memang secara jadwal memang sangat padat, tidak hanya seri pertama, seri kedua hingga keempat sangat padat. Kita tidak berada di posisi semua harus sempurna, misi kita kali ini yang penting ini (kompetisi) bisa jalan dulu, semoga bisa jalan sampai akhir, semoga industri ini terus berjalan. Jadwal memang sangat intens sekali, tidak banyak opsi, kalaupun kita bikin jadwal lebih panjang, akan banyak juga potensi risiko apalagi bulan April sudah puasa. IBL ini awalnya selesai sebelum puasa, karena kita awalnya direncanakan bulan Januari sampai April, karena Januari ditunda, maka Maret baru mulai, sampai Juni selesai. Karena Agustus akan ada FIBA Asia dan Indonesia menjadi tuan rumah.
 
Bagaimana IBL merespons dari sisi bisnis, mengingat tidak ada penonton dan semua dilakukan secara digital?
 
Penyesuaian besar yang harus kita lakukan, tanpa penonton. Kita sudah jalankan hari kelima, apa yang kita prediksikan kemudian kita janjikan ke partner, tanpa adanya penonton di lapangan, seharusnya antusiasme tidak mati, cara menonton saja yang berbeda. Dulu bisa datang langsung, sekarang hanya dari rumah. Dan rata-rata penonton kita naik empat kali lipat setiap game. Bahkan ada game yang mungkin ditunggu bisa sampai lima sampai enam kali lipat jumlah penontonnya. Kita lihat reaksi dan respons pencinta basket sangat bagus. Kita buktikan kepada mitra dan stakeholder, bahwa basket tetap hidup, penonton tetap ada. Bisnis kita bisa berjalan, cuma caranya berbeda, dulu ada aktivitas di lapangan sekarang kita pindahkan ke digital di sosial media kita bisa bikin engagement. Kali ini medianya saja yang berubah.
 
 
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan