Skuat Timnas Indonesia. (Foto: Dok. PSSI)
Skuat Timnas Indonesia. (Foto: Dok. PSSI)

Saatnya Menghapus Mitos dan Mencatat Sejarah

Medcom • 29 Desember 2021 12:28
INDONESIA dan Thailand akan bertemu di partai puncak AFF Suzuki Cup 2020. Laga yang akan dilaksanakan pada dua leg, 29 Desember dan 1 Januari mendatang merupakan pertemuan antara dua juara grup pada babak penyisihan, sekaligus pertemuan antara tim dengan status 5x Juara melawan tim dengan status 5x Runner Up turnamen sepak bola paling bergengsi antar negara di kawasan Asia Tenggara ini.

Mitos Final Melawan Thailand

Thailand sepertinya selalu menjadi mimpi buruk bagi Indonesia di ajang Final AFF. Setelah tiga kali bertemu di babak Final, Indonesia selalu keluar sebagai runner up. Tahun 2000, untuk pertamakalinya Indonesia harus mengakui kehebatan Tim Gajah Putih ini di ajang Final Piala AFF. Bermain dihadapan pendukungnya sendiri, para pemain Thailand tampil begitu mendominasi pertandingan dan mengalahkan Gendut Doni dkk dengan skor akhir 4-1.
 
Tahun 2002, bermain di Gelora Bung Karno, Indonesia nyaris berhasil menjadi juara AFF untuk pertamakalinya. Sayang, dewi fortuna belum memihak pada kita. Bambang Pamungkas dkk harus kalah adu penalti dengan skor 4-2 setelah bermain imbang dengan skor 2-2 hingga babak perpanjangan waktu. Tahun 2016, ketika babak final dilangsungkan dengan format dua leg, home and away, kita sempat unggul pada laga pertama 2-1 di Stadion Pakansari, Bogor.
 
Namun pada laga kedua, lagi-lagi kita harus puas menjadi runner up setelah kalah 2-0 di Stadion Rajamanggala, Bangkok. Catatan di atas seolah menjadi sebuah mitos bahwa apabila bertemu dengan Thailand, keberuntungan seolah tidak pernah berpihak kepada kita. Thailand selalu menjadi momok yang menakutkan.

Memupuk Asa Melawan Kekuatan Sepak Bola Terbesar di Asia Tenggara

Dengan catatan juara lima kali AFF dan 15 kali meraih medali emas Sepak Bola SEA Games, Thailand merupakan kekuatan Sepak Bola terbesar di Asia Tenggara. Dalam setiap kali turnamen Piala AFF dilakukan, mereka selalu menjadi tim yang paling diunggulkan. Pada ajang yang berlangsung pada tahun ini pun, mereka masuk ke final dengan sangat meyakinkan setelah berhasil mengalahkan Vietnam, yang merupakan salah satu kekuatan baru Sepak Bola di Asia Tenggara dengan aggregat skor 2-0.
 
Prestasi Thailand dalam kancah sepak bola di atas tentu sangat berbeda dengan Indonesia. Meskipun animo masyarakat di Tanah Air begitu besar, namun secara prestasi, kita jauh tertinggal dengan Thailand. Selain belum pernah meraih gelar Juara AFF, prestasi tim sepak bola senior terakhir yang telah diberikan oleh Skuat Garuda adalah medali emas SEA Games 1991 di Manila, 30 tahun lalu.
 

Jika Thailand lolos ke babak Final dengan meyakinkan, Indonesia justru lolos ke babak Final kali ini dengan penuh catatan setelah mengalahkan Singapura pada babak semifinal dengan penuh drama, perjuangan, dan keberuntungan. Hal tersebut membuat Indonesia lagi-lagi tidak diunggulkan. Bahkan tidak sedikit masyarakat dan pecinta sepak bola Tanah Air menatap laga final dengan pesimis.

Bayangan kekalahan dari tiga final sebelumnya masih terbanyang nyata di benak kita. Namun justru sebaliknya, apabila kita ingin merih kemenangan, maka saat ini adalah momen yang sangat tepat. Sekarang adalah saat yang paling pas apabila kita ingin membalaskan dendam terhadap Thailand dan menjadi Juara AFF untuk pertama kalinya. Ada tiga faktor yang bisa membuat kita layak untuk optimis bahwa di final kali ini kita bisa mengalahkan Thailand.
 
Pertama. Laga final kali ini akan berlangsung dua leg dan dilakukan di tempat netral. Seharusnya pada kondisi normal, dengan format dua leg, kedua laga akan berlangsung home and away, di Jakarta dan di Bangkok, namun karena pandemi Covid 19, dua partai tersebut akan dilangsungkan di Singapura sebagai tuan rumah AFF tahun ini. Ini sebuah keuntungan bagi kita di mana dengan format dua kali bertemu, kita bisa melakukan evaluasi atas hasil yang didapatkan pada leg pertama.
 
Masih ada kesempatan kedua apabila di laga pertama Skuat Garuda tidak meraih hasil yang diinginkan. Atau sebaliknya, jika leg pertama kita meraih kemenangan, kita bisa memperdalam strategi untuk memastikan gelar juara yang sudah ada di depan mata. Evaluasi atas leg pertama ini sudah kita buktikan melawan Singapura di semifinal. Setelah kalah strategi pada babak kedua di leg pertama, kita akhirnya bisa menutup skor akhir di leg kedua dengan kedudukan 4-2.
 
Pertandingan di tempat netral juga seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Asnawi Mangkualam dkk. Di dua final sebelumnya, kita selalu kalah apabila bertanding di Stadion Rajamanggala, Bangkok. Dukungan ribuan suporter tuan rumah menjadi salah satu faktor Teerasil Dangda dkk sangat sulit dikakahkan.
 
Namun kali ini, di National Stadium Singapura, Skuat Garuda tidak harus berjuang sendirian meskipun laga berstatus away. Ribuan Diaspora Indonesia di Singapura dengan komando dukungan dari Duta Besar RI untuk Singapura, Bapak Suryo Pratomo, siap mengawal Garuda sampai titik penghabisan.
 
Kedua. Kita unggul dari sisi fisik. Selain memiliki waktu recovery yang lebih banyak dari Thailand, komposisi pemain muda dalam skuat tim nasional Indonesia tahun ini merupakan sebuah kekuatan yang luar biasa. Witan Sulaeman dkk bisa terus berlari kencang dalam waktu 90 menit bahkan 120 menit pertandingan.
 
Hal ini yang membuat Shin tae-yong leluasa untuk dapat menerapkan pola permainan yang cepat dan memaksimalkan lini sayap dengan umpan-umpan pendek yang sporadis. Pola permainan yang sama dengan yang biasa ditampilkan oleh Indonesia juga terbukti mampu merepotkan Thailand. Melawan Vietnam dengan skema permainan yang mirip dengan Indonesia, mereka harus bermain lebih bertahan dan mengandalkan serangan balik untuk mencetak gol.
 
 
Ketiga. Maksimalkan laga leg pertama. Thailand datang pada leg pertama final pada tanggal 29 Desember tanpa kekuatan penuh. Absennya kiper utama, Chatchai Budprom setelah mengalami cedera ACL pada leg kedua semifinal melawan Vietnam dan juga absennya salah satu bintang mereka, Theerathon Bunmathan karena akumulasi kartu kuning akan menjadi keuntungan tersendiri.
 
Melihat kontribusi selama Piala AFF tahun ini, absennya dua pemain tersebut merupakan sebuah kehilangan besar bagi sang juru taktik mereka asal Brasil, Alexander Polking. Hal ini tentunya harus dapat dimaksimalkan oleh Witan Sulaeman dkk untuk bermain semaksimal mungkin dan mencuri kemenangan di leg pertama sebagai modal penting untuk menatap leg kedua.
 
Tiga hal di atas merupakan catatan yang bisa dijadikan landasan bahwa sebagai bangsa Indonesia kita harus tetap optimis di ajang AFF 2020 kali ini. Meskipun tim nasional kali ini banyak didominasi oleh para pemain muda, namun semangat serta tempaan mental yang kita dapat pada babak semifinal melawan Singapura bisa dijadikan modal berharga untuk menatap laga final.
 
Harapan besar kini berada di pundak Shin tae-yong untuk dapat meracik tim terbaik di Final nanti. Meskipun sempat terseok-seok pada semifinal, namun nakhoda yang hebat adalah nakhoda yang mampu melewati badai. Saatnya kita menghapus mitos Final AFF sekaligus mencatat sejarah. Semangat Garuda Muda!
 
Dendi Permana, Diaspora Indonesia di Singapura, Pemerhati Sepak Bola
 

 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ASM)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan