Presiden Ungkap 3 Tantangan Transisi Energi
Andhika Prasetyo • 17 Maret 2022 19:21
Jakarta: Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan ada tiga hal pokok yang menjadi tantangan dalam mewujudkan transisi energi. Hal tersebut disampaikan Jokowi saat menjadi pembicara kunci pada S20 High Level Policy Webinar on Just Energy Transition.
Berikut tiga tantangan transisi energi:
Akses energi bersih
Pendanaan
Riset serta teknologi.
Presiden melihat banyak negara yang tidak bisa memperoleh akses energi bersih dengan mudah. Bahkan, tidak semua warga dunia memiliki akses pada energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern.
"Oleh karena itu, kita harus mendorong energi bersih untuk semua, terutama energi untuk elektrifikasi dan clean cooking," ujar Presiden, Jakarta, Kamis, 17 Maret 2022.
Presiden menjelaskan proses transisi energi juga membutuhkan biaya yang sangat besar. Upaya itu membutuhkan proyek-proyek baru dan investasi-investasi baru.
"Dari situ saya melihat harus ada eksplorasi mekanisme pembiayaan yang tepat agar tercipta keekonomian, harga yang kompetitif, dan tidak membebani masyarakat," ujar dia.
Di samping itu, Kepala Negara menilai tantangan riset dan teknologi juga menjadi satu topik yang begitu krusial. Pasalnya, dalam transisi energi, diperlukan peran ilmu pengetahuan untuk menghasilkan teknologi baru yang lebih efisien dan lebih kompetitif, sehingga bisa menurunkan biaya dan meningkatkan nilai tambah pada produk industri energi baru terbarukan.
"Selain itu, diperlukan juga persiapan berbagai kompetensi dan keahlian dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi sehingga tersedia SDM yang unggul untuk mendukung transisi energi," ucap dia.
Dia menambahkan di masa mendatang, transisi energi akan mengubah banyak hal. Mulai dari perubahan pekerjaan, skenario pembangunan, orientasi bisnis, dan lainnya.
Dia menilai dibutuhkan strategi dan mekanisme yang tepat untuk mengidentifikasi tantangan saat ini dan tantangan di masa depan. Sehingga, transisi energi rendah karbon yang adil dan merata dapat terlaksana dengan baik.
"Saya optimistis dibalik semua tantangan itu ada sejumlah peluang yang terbuka lebar. Kemampuan kita mengatasi tantangan transisi energi akan membuka peluang baru dan lapangan kerja baru, peningkatan kebutuhan keahlian inovasi teknologi dan digitalisasi, terbukanya peluang ekonomi baru ekonomi hijau untuk mempercepat pemulihan global," jelas dia.
Baca: Manfaatkan Forum G20, Indonesia Bawa Isu Transisi Energi
Presiden berharap G20 dapat menjembatani dan mendorong negara-negara berkembang dan maju untuk mempercepat proses transisi energi, serta memperkuat sistem energi global yang adil dan berkelanjutan dalam suatu kesepakatan global. Presiden menegaskan negara yang bebannya berat harus dibantu dan diberikan kemudahan. Sedangkan, negara yang sudah siap bisa jalan terlebih dahulu sambil membantu negara lain yang belum mampu.
"Kita harus membangun lebih banyak kolaborasi untuk mempermudah akses layanan energi yang terjangkau, menciptakan inovasi teknologi dan terobosan pendanaan, merumuskan strategi yang konsisten dan berkelanjutan," ujar dia.
Presiden pun berharap kegiatan webinar ini menghasilkan gagasan-gagasan yang implementatif untuk mendorong tercapainya kesepakatan global yang kuat. Kemudian, fokus untuk mewujudkan ekosistem transisi energi yang berkeadilan.
Dia menilai dibutuhkan strategi dan mekanisme yang tepat untuk mengidentifikasi tantangan saat ini dan tantangan di masa depan. Sehingga, transisi energi rendah karbon yang adil dan merata dapat terlaksana dengan baik.
"Saya optimistis dibalik semua tantangan itu ada sejumlah peluang yang terbuka lebar. Kemampuan kita mengatasi tantangan transisi energi akan membuka peluang baru dan lapangan kerja baru, peningkatan kebutuhan keahlian inovasi teknologi dan digitalisasi, terbukanya peluang ekonomi baru ekonomi hijau untuk mempercepat pemulihan global," jelas dia.
Baca:
Manfaatkan Forum G20, Indonesia Bawa Isu Transisi Energi
Presiden berharap G20 dapat menjembatani dan mendorong negara-negara berkembang dan maju untuk mempercepat proses transisi energi, serta memperkuat sistem energi global yang adil dan berkelanjutan dalam suatu kesepakatan global. Presiden menegaskan negara yang bebannya berat harus dibantu dan diberikan kemudahan. Sedangkan, negara yang sudah siap bisa jalan terlebih dahulu sambil membantu negara lain yang belum mampu.
"Kita harus membangun lebih banyak kolaborasi untuk mempermudah akses layanan energi yang terjangkau, menciptakan inovasi teknologi dan terobosan pendanaan, merumuskan strategi yang konsisten dan berkelanjutan," ujar dia.
Presiden pun berharap kegiatan webinar ini menghasilkan gagasan-gagasan yang implementatif untuk mendorong tercapainya kesepakatan global yang kuat. Kemudian, fokus untuk mewujudkan ekosistem transisi energi yang berkeadilan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)