Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar. Foto: dok. KLHK
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar. Foto: dok. KLHK

Buka G20 EDM-CSWG, Ini Pesan Menteri Siti

Medcom • 22 Maret 2022 22:03
Jakarta: Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, menyambut kehadiran delegasi negara-negara anggota G20 dalam pembukaan Planery G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (1st EDM-CSWG) di Yogyakarta pada Selasa, 22 Maret 2022. Siti menyampaikan penyelenggaraan G20 merupakan momentum untuk mengatasi tiga krisis planet, yaitu krisis iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kelebihan populasi manusia.
 
“Adopsi Pakta Iklim Glasgow dan keputusan lainnya selama Pertemuan Konferensi Para Pihak (COP-26) ke-26 UNFCCC tahun 2021, menekankan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan upaya pengurangan emisi secara kolektif melalui aksi percepatan dan implementasi langkah-langkah mitigasi domestik, serta peran penting untuk melindungi, melestarikan dan memulihkan alam dan ekosistem dalam memberikan manfaat untuk adaptasi dan mitigasi iklim sambil memastikan perlindungan sosial dan lingkungan,” ujar Menteri Siti melalui rilis, Selasa, 22 Maret 2022.
 
Dia menyampaikan jika Presidensi G20 Indonesia salah satunya bertujuan tentang proses dan perkembangan global untuk memberikan tindakan nyata, dengan mempertimbangkan warisan dan pekerjaan dari Presidensi G20 sebelumnya pada Pertemuan Deputi Lingkungan dan Kelompok Kerja Keberlanjutan Iklim (EDM CSWG). Topik-topik ini disebutnya menjadi jalinan isu prioritas pada gelaran G20 EDM-CSWG.

Baca: Presidensi G20 Genjot Minat Kredit Sindikasi di Indonesia
 
Pertama, mendukung pemulihan yang lebih berkelanjutan (supporting a more sustainable recovery) untuk mempromosikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Yakni dengan memaksimalkan manfaat tambahan dari program pemulihan pascacovid-19 dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
 
“Kedua adalah meningkatkan tindakan berbasis darat dan laut untuk mendukung perlindungan lingkungan dan tujuan iklim (enhancing land- and sea-based actions to support environment protection and climate objectives) yang menekankan pentingnya kontribusi ekosistem yang unik untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta ekonomi biru,” imbuh dia.
 
Ketiga, yaitu meningkatkan mobilisasi sumber daya untuk mendukung tujuan perlindungan lingkungan dan iklim (enhancing resource mobilization to support environment protection and climate objectives), untuk mendukung implementasi mekanisme pembiayaan yang inovatif dan mobilisasi pendanaan untuk alam. Yakni dengan melekatkan pada pentingnya dan peran sektor swasta.
 
Terkait target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia, Siti menyampaikan Indonesia telah memprakarsai “Indonesia FoLU NetSink 2030”. Hal itu  terdiri dari strategi dan pendekatan di mana pada 2030, tingkat penyerapan sektor FoLU di Indonesia akan seimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi.
 
Baca: Presidensi G20 Indonesia Perlu Antisipasi Dampak Panjang Konflik Rusia-Ukraina
 
Sementara itu, setelah 2030, Sektor FoLU ditargetkan untuk lebih menyerap Gas Rumah Kaca (GRK). Sehingga jika dikombinasikan dengan kegiatan pengurangan emisi GRK dari sektor lain, akan mencapai emisi karbon netral/net-nol pada tahun 2060 atau lebih cepat.
 
“Untuk mencapai target jangka menengah dan panjang dalam pengurangan emisi tersebut, ekosistem unik memainkan peran penting, termasuk di dalamnya ekosistem lahan gambut dan mangrove. Ekosistem unik di dunia memainkan peranan penting pengurangan emisi karbon dalam kaitannya dengan konservasi keanekaragaman hayati, penyimpanan dan pasokan air, perlindungan pesisir, dukungan perikanan, dan mata pencaharian masyarakat,” ujar Menteri Siti.
 
Dia menjelaskan dengan total hampir 90 persen lahan gambut dunia, sekitar 41 persen luas mangrove global dan ekosistem unik yang ada di negara-negara G20, menempatkan G20 pada posisi yang strategis untuk pengendalian perubahan iklim melalui perlindungan dan rehabilitasi lahan gambut dan mangrove.
 
“1st Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDMCSWG) adalah tonggak G20 pertama melalui upaya bersama kami untuk melindungi lingkungan dan menghadapi perubahan iklim menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan ketahanan iklim. Mari pulih bersama, pulih lebih kuat,” jelas Menteri Siti.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan