Ilustrasi presidensi G20 - - Foto: dokumentasi Panitia G20 Indonesia
Ilustrasi presidensi G20 - - Foto: dokumentasi Panitia G20 Indonesia

Presidensi G20 Indonesia Perlu Antisipasi Dampak Panjang Konflik Rusia-Ukraina

Antara • 22 Maret 2022 17:08
Jakarta: Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad berharap Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 dapat mengedepankan solusi jangka panjang atas permasalahan ekonomi yang ditimbulkan dari perang Rusia dan Ukraina.

"Saya kira harus ada agenda antisipasi di forum Presidensi G20 terkait gejolak-gejolak yang sudah ada terkait fluktuasi harga minyak, harga komoditas di global," ujarnya, Selasa, 22 Maret 2022.
 
Konflik Rusia dan Ukraina yang berlangsung sejak Februari 2022 memicu peningkatan tajam pada harga komoditas, khususnya komoditas energi seperti minyak dan juga pangan seperti gandum.
 
Rusia merupakan salah satu produsen minyak bumi terbesar di dunia. Rusia juga produsen utama logam dan besi baja. Sementara, Ukraina merupakan salah satu negara produsen pertanian utama, dengan produk utamanya yakni gandum yang diekspor ke Benua Asia dan Afrika.

Tauhid mengatakan dalam Presidensi G20, Indonesia tidak perlu mengarahkan jalan konflik Rusia-Ukraina ke ranah solusi politik. Forum kelompok ekonomi-ekonomi terbesar dunia itu perlu menitikberatkan pada pencegahan dampak ekonomi dari ketegangan Rusia-Ukraina.
 
"Mungkin untuk agenda perdamaiannya ada di PBB. Tapi dampak ekonomi agenda G20 harus diantisipasi, bukan mengarah ikut ke pihak lain, tapi antisipasi yang harus dilakukan dalam ranah perdagangan antara negara," ujar dia.
 
Tauhid mencontohkan perlu ada negara yang mampu mensubstitusi pasokan komoditas energi dan pangan dari Rusia-Ukraina selama perang masih terjadi.
 
"Kita tahu Rusia dan Ukraina suplai beberapa komoditas. Negara lain harus membuka diri untuk ekspor (komoditas tersebut) ke pasar dunia," terang Tauhid.
 
Di kesempatan terpisah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa, menyampaikan perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina telah memperdalam krisis perekonomian global, padahal sebelumnya dunia telah terdampak begitu hebat karena pandemi covid-19.
 
"Pada saat dunia mulai bangkit memulihkan perekonomian, bulan lalu, pada Februari 2022 terjadi perang yang telah membuat pusing semua negara," katanya.
 
Menurut dia, di awal 2022 perekonomian dunia belum sepenuhnya pulih imbas efek rambatan pembatasan mobilitas manusia dan barang. Ini menyebabkan kelangkaan sumber energi, kelangkaan pangan, dan kontainer yang berpotensi mengerek inflasi.
 
"Ini (perang) akan memperdalam krisis perekonomian dunia dan meningkatkan ketegangan politik dunia," terang Jokowi.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan