Unjuk rasa menolak kebangkitan PKI. Foto: Metro TV/Abdur Rahman
Unjuk rasa menolak kebangkitan PKI. Foto: Metro TV/Abdur Rahman

Sejarah Kebangkitan Hingga Kebinasaan PKI

Anggi Tondi Martaon • 28 September 2021 07:54
Jakarta: Partai Komunis Indonesia (PKI) berhasil menjadi salah satu kelompok besar setelah beberapa kali tersungkur. Namun, kebangkitan di era 60-an menjadi awal kebinasaan mereka.
 
Berdasarkan informasi yang dihimpun, PKI dengan mengejutkan berhasil menduduki posisi keempat pada Pemilu 1955. Perolehan suara partai yang dimpimpin DN Aidit itu mencapai 16,4 persen.
 
Tak hanya itu, PKI kembali berjaya pada pemilu daerah pada 1957 dan 1958. Bahkan di beberapa daerah, PKI  berhasil mengungguli Partai Nasional Indonesia (PNI) yang menjadi partai terbesar saat itu.

Perolehan tersebut membuat PKI mulai mendapat tempat di pemerintahan Indonesia. Aidit dan Njoto, tokoh PKI, diangkat menjadi menteri penasihat pada 1962. 
 
Baca: Isu PKI Gatot Nurmantyo Disebut Tak Menarik Minat Publik
 
PKI pun menawarkan sejumlah kebijakan. Namun, ada tawaran yang ditentang TNI Angkatan Darat. Salah satunya soal Angkatan Kelima, yaitu mempersenjatai buruh dan tani. 
 
Angkatan Kelima diusulkan untuk mendukung konfrontasi bersenjata ke Malaysia atau Dwi Komando Rakyat (Dwikora). TNI AD tak setuju dengan usulan tersebut karena kesulitan mengontrol atau mengatur laskar-laskar bersenjata.
 
Meskipun ditentang, PKI tetap berupaya mewujudkan usulan tersebut. Salah satunya dengan membuat pelatihan terhadap dua ribu anggotanya di dekat Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. 
 
Hubungan PKI dan TNI semakin buruk setelah peristiwa Bandar Betsy di Simalungun, Sumatra Utara, 14 Mei 1965. Pada peristiwa itu, ribuan petani yang ditunggangi PKI menyerobot tanah milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Akibatnya, Pelda Soedjono, satu prajurit TNI yang ditugaskan menjaga lahan tersebut, tewas karena dikeroyok.
 
Selain itu, PKI menebar isu para jenderal di TNI AD ingin mengudeta Presiden Soekarno. Isu tersebut dinamai Dewan Jenderal. 
 
Di balik isu tersebut, PKI membuat rencana Dewan Revolusi yang dipimpin Letkol Untung Syamsuri. Salah satu tujuan rencana tersebut ialah menculik tujuh pejabat tinggi TNI AD, yakni Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R Suprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Jenderal AH Nasution. 
 
 

Penculikan dilakukan pada 30 September hingga 1 Oktober 1965. Nasution satu-satunya target yang selamat karena penculik salah sasaran. Yang dibawa, yaitu Lettu Pierre Andreas Tendean yang mengaku sebagai Nasution. Pierre sedianya ajudan Nasution. 
 
Mereka dibawa ke sebuah tempat di Pondok Gede, Jakarta Timur. Sejumlah perwira yang masih hidup disiksa hingga tewas. Mayat mereka dimasukkan ke dalam sebuah lubang yang dikenal sebagai Lubang Buaya.
 
Tak hanya itu, PKI menduduki sejumlah tempat strategis. Salah satunya Radio Republik Indonesia (RRI).
 
Upaya perlawanan dilakukan TNI AD. Dipimpin Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto, TNI berhasil melumpuhkan gerakan tersebut.
 
Semua pihak yang terlibat diburu dan ditangkap, termasuk pemimpin Dewan Revolus Untung. Dia divonis mati pada 1966 d Cimahi, Jawa Barat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan