Komjen Tito Karnavian.ANT/Muhammad Adimaja
Komjen Tito Karnavian.ANT/Muhammad Adimaja

Polri

Jalan Lapang Tito Karnavian Menuju Kapolri

Deny Irwanto • 15 Juni 2016 20:20
medcom.id, Jakarta: Akhirnya, Presiden Joko Widodo menyodorkan calon Kapolri pengganti Jenderal Badrodin Haiti pilihannya ke DPR. Dia adalah Komjen Tito Karnavian.
 
Presiden telah mengubur teka-teki, juga suara ramai yang mengiringi isu pergantian Kapolri. Mungkin juga gesekan-gesekan yang ada di tubuh Polri.
 
Lantas siapa sebenarnya Tito? Tito adalah jenderal bintang tiga polisi berusia 51 tahun. Dia lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964.

Saat ini, alumnus Akademi Kepolisian 1985 itu menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Tapi, peraih Bintang Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akpol) besar di dunia reserse kriminal.
 
Jauh sebelum Presiden Joko Widodo menyorongkan sebagai calon Kapolri, karier Tito layaknya bintang terang. Bahkan sampai ada adigium, bagi Tito jabatan Tribrata 1 tinggal tunggu waktu.
 
Selepas dari SMA Negeri 2 Palembang pada 1983, Tito meniti jalan hidup dengan masuk Akpol dan lulus pada 1987. Dia lalu mengambil gelar Master of Arts (M.A.) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993).
 
Tiga tahun kemudian Tito menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Dia menjadi yang terbaik di angkatannya dan diganjar bintang Wiyata Cendekia. Pada 1998, Tito menyelesaikan pendidikan di Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand.
 
Pada 2000, Tito lulus Sekolah Pimpinan Kepolisian. Dia juga tercatat sebagai peserta terbaik Lemhannas RI PPSA XVII (2011). Sebagai imbalannya, Tito mendapat Bintang Seroja.
 
Tito memulai karier di Kepolisian sebagai Perwira Samapta Polres Metro Jakarta Pusat pada 1987. Lalu jadi Kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakpus (1987–1991).
 
Penerima Bintang Bhayangkara Nararya itu menjabat Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakpus periode 1991–1992, lalu Wakapolsek Metro Sawah Besar Polres Metro Jakpus. Pada 1996, Tito dipercaya sebagai Sespri Kapolda Metro Jaya, sebelum menjabat sebagai Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakpus (1996–1997).
 
Lalu pada 1997-1999, Tito menjadi Sespri Kapolri. Setelah itu, berturut-turut Tito menjabat Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya (1999–2000), Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya (2000–2002), Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan (2002).
 
Pada 2002-2003, Tito ditunjuk menjadi Koorsespri Kapolda Metro Jaya, lalu Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya (2003 – 2005), Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya (2004 – 2005), dan Kapolres Serang Polda Banten (2005).
 
Selepas menjadi Kapolres Serang, Tito masuk ke Detasemen Khusus 88 Polri sebagai Kasubden sampai menduduki jabatan Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2012.
 
Pada tahun itu juga, tepatnya 21 September 2012, Tito diangkat menjadi Kapolda Papua. Dua tahun di Bumi Cendrawasih, dia ditarik ke pusat dan dilantik sebagai Asrena Polri pada 16 Juli 2014. Setahun kemudian, penerima The United Nation Medal PBB itu dipercaya sebagai Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015-16 Maret 2016).
 
Tak lama pangkat di pundak Tito kembali naik. Penerima Satyalencana Ksatria Tamtama itu berhak menyandang bintang tiga setelah diangkat menjadi Kepala BNPT pada 16 Maret 2016.
 
Tanda-tanda Tito akan menjadi orang penting di Polri amat terasa saat dia menjabat Kapolda Metro Jaya. Berada pada pusat episentrum Indonesia, Tito mendapat banyak sorotan media dan publik. Banyak gebrakan yang dilakukan Tito, salah satunya mewajibkan anak buahnya blusukan mengurai kemacetan setiap Senin pagi.
 
Dia juga dianggap berhasil menuntaskan teror bom dan penembakan di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat, awal Januari 2016. Lewat pengalamannya, hanya dalam tempo kurang dari lima jam, Ibu Kota sudah kembali dikuasai dan kondusif. Tujuh tersangka ditangkap dalam kasus ini.
 
Menurut Tito, peledakan di Sarinah, adalah tanggung jawab ISIS. Kasus dilatari perebutan kekuasaan ISIS di Asia Tenggara melalui eks narapidana Bahrun Naim.
 
Beberapa kasus lainnya yang banyak menyedot perhatian publik yaitu: dua kali ancaman bom di Mall Alam Sutera, Kota Tangerang, kontroversi penetapan status siaga satu Jakarta saat Final Piala Presiden 2015, penggusuran kawasan prostitusi Kalijodo, Jakarta Utara, dan penggusuran perumahan bantaran sungai Kampung Pulo, Jakarta Timur.
 
Tito juga terlibat dalam pengungkapan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin. Kasus dengan tersangka tunggal Jessica Kumala Wongso sudah mulai disidangkan di Pengadilan Jakarta Pusat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ICH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan