Wakil Ketua DPR Bidang Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel. (Istimewa)
Wakil Ketua DPR Bidang Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel. (Istimewa)

Gobel: Mari Bangun Politik Berwawasan Budaya

Lukman Diah Sari • 08 September 2022 11:45
Jakarta: Wakil Ketua DPR Bidang Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel mengajak para politikus dan partai politik membangun politik berwawasan budaya. Hal itu disampaikan Gobel dalam Focus Group Discussion yang digelar Partai Nasdem di Nasdem Tower, Jakarta.
 
Selain Gobel, pembicara lainnya adalah Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, mantan Bupati Ponorogo Suyoto, artis M Farhan, dan Tatak dari Kampung Riwil Solo. Diskusi dilakukan sebagai bagian dari prakarsa Partai Nasdem mendirikan Badan Budaya Partai Nasdem.
 
"Politik kebudayaan memiliki makna strategis sebagai landasan nilai-nilai dalam berbangsa dan bernegara sekaligus memberikan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat," kata Gobel di Jakarta, Rabu, 7 September 2022.

Gobel menceritakan pengalamannya saat menjadi menteri perdagangan. Kala itu, Gobel menemukan batik dengan harga yang murah saat berkeliling pasar. Namun batik murah itu produk impor. 
 
"Ternyata itu impor. Ini akan mematikan industri batik nasional dan pada saatnya Indonesia akan kehilangan identitasnya. Karena itu saya melarang impor batik," ungkap Gobel.

Baca: Hilmar Farid: Keberagaman Budaya Indonesia Paling Tinggi di Dunia


Menurut dia, pada tahap pertama impor batik itu akan membunuh perajin batik. Kemudian, membunuh batik printing. Setelah seniman dan industri batik musnah, maka Indonesia akan menjadi pengimpor penuh kain batik.
 
"Lalu generasi mendatang kita sudah tidak tahu lagi bahwa batik merupakan bagian dari budaya dan sejarah kita. Yang mereka tahu batik itu diimpor dari negara lain," jelas dia.
 
Gobel mengatakan Indonesia bukan hanya kaya dengan alam, tapi juga kaya dengan warisan budaya. Karena itu, saat ia menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Gobel membuat roadmap industri berbasis budaya.
 
Dia menilai Indonesia memiliki industri berbasis kain seperti batik, songket, tenun, dan sulam. Selain itu, Indonesia juga memiliki kerajinan tangan berbahan kayu, rotan, logam, tanah, dan sebagainya. Industri berbasis budaya lainnya adalah kuliner dan herbal.
 
"Semuanya merupakan warisan budaya nenek moyang kita yang penuh filosofi, nilai-nilai, dan kreasi yang khas Indonesia," jelas dia. 

Baca: Delegasi EdWG G20 Turut Merasakan Budaya dan Tradisi Masyarakat Hindu Bali


Karena itu, kata dia, saat menjadi ketua panitia SEA Games ia menampilkan pertunjukan dengan pakaian berbahan songket. Meskipun songket juga ditemukan di Malaysia dan Thailand, namun songket Indonesia punya corak khas.
 
"Ini kekayaan kita," ungkap dia.
 
Gobel juga bercerita, pada 1997, saat Indonesia didera krisis ekonomi ia mengadakan Panasonic Gobel Award untuk industri televisi. Selain didorong lesunya industri televisi, saat itu industri televisi Indonesia didominasi telenovela, Hollywood, Bollywood, dan Hongkong.
 
"Maka, saya mengadakan Panasonic Gobel Award untuk memberikan apresiasi terhadap industri hiburan di dalam negeri. Hasilnya bagus. Bukan hanya menaikkan tarif pelaku industrinya tapi juga menumbuhkan industri hiburan nasional," papar dia.

Baca: Pemerintah Didorong Bentuk Kementerian Khusus Kebudayaan


Gobel mengaku saat ini sedang menyiapkan award untuk para master industri berbasis budaya seperti pembatik, pengukir, penyulam, penenun, dan pembuat berbagai kerajinan tangan. Hal itu didasari rasa prihatin Gobel saat berkunjung ke Jepara, lantaran  jumlah seniman yang semakin sedikit.
 
"Kita harus memberikan apresiasi kepada mereka. Di dunia internasional sudah menjadi praktik lazim untuk dunia handicraft dan semacamnya ada harga khusus untuk karya para master. Selama ini kita tak mengenal para master, hanya tahu membeli produknya. Padahal para master itu aktor utama. Karena itu kita harus memberikan apresiasi. Ini bukan sekadar promosi budaya tapi juga apresiasi dan promosi senimannya, maestronya," jelas Gobel. 
 
Semua itu, kata Gobel, menunjukkan bahwa politik kebudayaan dan politik berwawasan kebudayaan merupakan hal yang sangat strategis. "Bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki akar budaya yang dalam," kata Gobel.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan