Presiden Joko Widodo (kiri) dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Foto: MI/M Irfan
URL Berhasil di Salin
Sengaja Tak Undang NasDem, Pernyataan Denny Indrayana Nyata: Jokowi Tak Beretika!
Medcom • 05 Mei 2023 12:45
Jakarta: Presiden Joko Widodo (Jokowi) terang-terangan menyatakan sengaja tak mengundang Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dalam pertemuan pimpinan partai politik pendukung pemerintah di Istana. Pernyataan ini tentu saja mengonfirmasi apa yang pernah disebutkan mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana: Jokowi tak beretika!
"Ya memang tidak diundang. NasDem itu ya, kita bicara apa adanya ya. Kan sudah memiliki koalisi sendiri dan ini gabungan partai yang kemarin berkumpul itu kan juga ingin membangun kerja sama politik yang baik," kata Jokowi seusai mengunjungi pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta, Kamis, 4 Mei 2023.
Baca: Gawat! 10 Cara Jokowi Ingin Gagalkan Pencapresan Anies: Sebuah Analisis
Dua minggu lalu, Denny sudah mewanti-wanti Jokowi untuk tak ikut campur atau cawe-cawe dalam urusan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Dan dari pernyataan Jokowi itu, anggapan Denny ini mulai memperlihatkan kenyataannya.
Denny sudah gembar-gembor soal sikap licik Jokowi ini dalam sebuah tulisan berjudul "Bagaimana Jokowi Mendukung Ganjar, Mencadangkan Prabowo, dan Menolak Anies". Tulisan itu ia unggah melalui laman Integritylawfirm.com pada Senin, 24 April 2023.
"Presiden Jokowi tentu boleh punya preferensi capres jagoannya. Tetapi, menggunakan pengaruh dan kekuatan kepresidenannya untuk menjegal bakal capres yang lain, seharusnya tidak dilakukan. Demokrasi dan Pilpres 2024 akan dicatat sebagai pemilu yang penuh rekayasa politik yang kotor, dan itulah legacy Presiden Jokowi yang harus dihentikan, sebelum menjadi kenyataan," kata Denny dalam tulisannya.
Baca: Jokowi Sengaja Tak Undang NasDem, Pengamat: Sudah Tidak Dianggap
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai alasan Jokowi yang menyebut NasDem sudah punya koalisi sendiri, sedikit aneh. Pasalnya, partai pendukung Jokowi lainnya juga sudah membentuk koalisi.
Gerindra dengan PKB sudah membentuk koalisi lewat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Golkar, PAN, dan PPP melenggang saja lewat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
"Mungkin tidak diundang karena NasDem sudah tidak satu barisan dengan lagi dengan kelompok Jokowi. Artinya NasDem berkoalisi dengan pihak oposisi yaitu Demokrat dan PKS. Selain itu juga mengusung Anies yang tidak disukai rezim saat ini," kata Ujang, kemarin.
Ujang juga menilai sikap Jokowi sedikit aneh. Sebagai kepala negara, kata dia, Jokowi seharusnya tak membangun sekat antara pendukung dan oposisi. Apalagi, NasDem merupakan salah satu partai yang sudah sangat dekat dan loyal mendukung Jokowi sejak 2014.
"Mestinya merangkul bukan memukul, mestinya bersatu bukan berseteru. Jokowi harusnya membebaskan saja NasDem untuk mendukung siapa pun. Tapi itulah politik ketika beda kepentingan, beda dukungan," kata Ujang.
Baca: Ini Alasan Jokowi Tak Undang NasDem ke Istana
Jokowi terang-terangan menyatakan sengaja tak mengundang Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dalam pertemuan pimpinan partai politik pendukung pemerintah. Jokowi menyebut NasDem sudah punya koalisi sendiri.
Jokowi juga tak menampik banyak pembahasan soal politik dalam pertemuan di Istana. Khususnya, terkait strategi politik menghadapi Pemilu 2024.
Jokowi mengungkapkan pertemuan berlangsung sekitar tiga jam. Ia merasa tak ada yang salah dengan pertemuan tersebut. Kendati, banyak pihak menilai pertemuan tersebut tak elok dilakukan di Istana jika membahas soal Pemilu 2024.
"Biasa, dan saya itu adalah pejabat publik sekaligus pejabat politik. Berarti biasa kalau saya bicara politik, ya boleh dong, ya kan? Saya bicara berkaitan dengan itu bisa dong. Kan itu tugasnya seorang presiden," ungkap Jokowi.
Jokowi mengumpulkan ketum partai politik pendukung pemerintah di Istana, Selasa, 2 Mei 2023. Pertemuan dihadiri enam ketua umum parpol pendukung pemerintah, yakni PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, PKB, PPP, dan PAN.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Jakarta: Presiden Joko Widodo (Jokowi) terang-terangan menyatakan sengaja tak mengundang Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dalam pertemuan pimpinan partai politik pendukung pemerintah di Istana. Pernyataan ini tentu saja mengonfirmasi apa yang pernah disebutkan mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana: Jokowi tak beretika!
"Ya memang tidak diundang. NasDem itu ya, kita bicara apa adanya ya. Kan sudah memiliki koalisi sendiri dan ini gabungan partai yang kemarin berkumpul itu kan juga ingin membangun kerja sama politik yang baik," kata Jokowi seusai mengunjungi pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta, Kamis, 4 Mei 2023.
Dua minggu lalu, Denny sudah mewanti-wanti Jokowi untuk tak ikut campur atau cawe-cawe dalam urusan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Dan dari pernyataan Jokowi itu, anggapan Denny ini mulai memperlihatkan kenyataannya.
Denny sudah gembar-gembor soal sikap licik Jokowi ini dalam sebuah tulisan berjudul "Bagaimana Jokowi Mendukung Ganjar, Mencadangkan Prabowo, dan Menolak Anies". Tulisan itu ia unggah melalui laman Integritylawfirm.com pada Senin, 24 April 2023.
"Presiden Jokowi tentu boleh punya preferensi capres jagoannya. Tetapi, menggunakan pengaruh dan kekuatan kepresidenannya untuk menjegal bakal capres yang lain, seharusnya tidak dilakukan. Demokrasi dan Pilpres 2024 akan dicatat sebagai pemilu yang penuh rekayasa politik yang kotor, dan itulah legacy Presiden Jokowi yang harus dihentikan, sebelum menjadi kenyataan," kata Denny dalam tulisannya.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai alasan Jokowi yang menyebut NasDem sudah punya koalisi sendiri, sedikit aneh. Pasalnya, partai pendukung Jokowi lainnya juga sudah membentuk koalisi.
Gerindra dengan PKB sudah membentuk koalisi lewat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Golkar, PAN, dan PPP melenggang saja lewat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
"Mungkin tidak diundang karena NasDem sudah tidak satu barisan dengan lagi dengan kelompok Jokowi. Artinya NasDem berkoalisi dengan pihak oposisi yaitu Demokrat dan PKS. Selain itu juga mengusung Anies yang tidak disukai rezim saat ini," kata Ujang, kemarin.
Ujang juga menilai sikap Jokowi sedikit aneh. Sebagai kepala negara, kata dia, Jokowi seharusnya tak membangun sekat antara pendukung dan oposisi. Apalagi, NasDem merupakan salah satu partai yang sudah sangat dekat dan loyal mendukung Jokowi sejak 2014.
"Mestinya merangkul bukan memukul, mestinya bersatu bukan berseteru. Jokowi harusnya membebaskan saja NasDem untuk mendukung siapa pun. Tapi itulah politik ketika beda kepentingan, beda dukungan," kata Ujang.
Jokowi terang-terangan menyatakan sengaja tak mengundang Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dalam pertemuan pimpinan partai politik pendukung pemerintah. Jokowi menyebut NasDem sudah punya koalisi sendiri.
Jokowi juga tak menampik banyak pembahasan soal politik dalam pertemuan di Istana. Khususnya, terkait strategi politik menghadapi Pemilu 2024.
Jokowi mengungkapkan pertemuan berlangsung sekitar tiga jam. Ia merasa tak ada yang salah dengan pertemuan tersebut. Kendati, banyak pihak menilai pertemuan tersebut tak elok dilakukan di Istana jika membahas soal Pemilu 2024.
"Biasa, dan saya itu adalah pejabat publik sekaligus pejabat politik. Berarti biasa kalau saya bicara politik, ya boleh dong, ya kan? Saya bicara berkaitan dengan itu bisa dong. Kan itu tugasnya seorang presiden," ungkap Jokowi.
Jokowi mengumpulkan ketum partai politik pendukung pemerintah di Istana, Selasa, 2 Mei 2023. Pertemuan dihadiri enam ketua umum parpol pendukung pemerintah, yakni PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, PKB, PPP, dan PAN.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id