Jakarta: Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai Partai NasDem sudah tidak dianggap di pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Indikasi paling kentara yakni tidak diundangnya NasDem dalam pertemuan ketua umum partai politik pendukung Jokowi.
"Ya saya melihatnya NasDem sudah tidak dianggap lagi," kata Ujang kepada Media Indonesia, Kamis, 4 Mei 2023.
Ujang mengatakan, kondisi itu tak bisa dilepaskan dari sikap NasDem yang memutuskan mendukung Anies Baswedan maju di Pilpres 2024. Ujang menilai Jokowi sudah menganggap NasDem bukan berada dalam satu barisan.
"NasDem sudah bukan menjadi koalisi pemerintahan Jokowi lagi karena tidak diundang itu pernyataan yang keras dan tegas dari Jokowi walaupun NasDem masih mengisi kursi kabinet di pemerintahan Jokowi," ungkapnya.
Ujang menilai alasan Jokowi yang menyebut NasDem sudah punya koalisi sendiri sedikit aneh. Pasalnya, partai pendukung Jokowi lainnya juga sudah membentuk koalisi.
Sebut saja Gerindra dengan PKB lewat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Atau Golkar dengan PAN dan PPP lewat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
"Mungkin tidak diundang karena NasDem sudah tidak satu barisan dengan lagi dengan kelompok Jokowi. Artinya NasDem berkoalisi dengan pihak oposisi yaitu Demokrat dan PKS. Selain itu juga mengusung Anies yang tidak disukai rezim saat ini," beber Ujang.
Ujang juga menilai sikap Jokowi sedikit aneh. Sebagai kepala negara, kata dia, Jokowi seharusnya tak membangun sekat antara pendukung dan oposisi. Apalagi, NasDem merupakan salah satu partai yang sudah sangat dekat dan loyal mendukung Jokowi sejak 2014.
"Mestinya merangkul bukan memukul, mestinya bersatu bukan berseteru. Jokowi harusnya membebaskan saja NasDem untuk mendukung siapa pun. Tapi itulah politik ketika beda kepentingan, beda dukungan," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Jakarta: Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai Partai NasDem sudah tidak dianggap di pemerintahan Joko Widodo (
Jokowi). Indikasi paling kentara yakni tidak diundangnya NasDem dalam pertemuan ketua umum partai politik pendukung Jokowi.
"Ya saya melihatnya NasDem sudah tidak dianggap lagi," kata Ujang kepada Media Indonesia, Kamis, 4 Mei 2023.
Ujang mengatakan, kondisi itu tak bisa dilepaskan dari sikap NasDem yang memutuskan mendukung Anies Baswedan maju di
Pilpres 2024. Ujang menilai Jokowi sudah menganggap NasDem bukan berada dalam satu barisan.
"NasDem sudah bukan menjadi koalisi pemerintahan Jokowi lagi karena tidak diundang itu pernyataan yang keras dan tegas dari Jokowi walaupun NasDem masih mengisi kursi kabinet di pemerintahan Jokowi," ungkapnya.
Ujang menilai alasan Jokowi yang menyebut NasDem sudah punya koalisi sendiri sedikit aneh. Pasalnya, partai pendukung Jokowi lainnya juga sudah membentuk koalisi.
Sebut saja Gerindra dengan PKB lewat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Atau Golkar dengan PAN dan PPP lewat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
"Mungkin tidak diundang karena NasDem sudah tidak satu barisan dengan lagi dengan kelompok Jokowi. Artinya NasDem berkoalisi dengan pihak oposisi yaitu Demokrat dan PKS. Selain itu juga mengusung Anies yang tidak disukai rezim saat ini," beber Ujang.
Ujang juga menilai sikap Jokowi sedikit aneh. Sebagai kepala negara, kata dia, Jokowi seharusnya tak membangun sekat antara pendukung dan oposisi. Apalagi, NasDem merupakan salah satu partai yang sudah sangat dekat dan loyal mendukung Jokowi sejak 2014.
"Mestinya merangkul bukan memukul, mestinya bersatu bukan berseteru. Jokowi harusnya membebaskan saja NasDem untuk mendukung siapa pun. Tapi itulah politik ketika beda kepentingan, beda dukungan," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)